Surat untuk Dewi 'Dee' Lestari

Saturday, January 21, 2012

Untuk Blog Contest mizan.com

Berkirim surat adalah cara yang baik untuk pergi ke suatu tempat tanpa memindahkan apa pun kecuali hatimu.

(Phyllis Theorux)


Entah mengapa, aku seperti orang amnesia khusus menulis surat.

Begitu merendah untuk menyampaikan maksud pada insan bermahakarya Rectoverso. Karena aku bukanlah orang yang mampu menyihir mata dan benak manusia dengan kata-kata. Aku hanyalah aku, insan yang mata dan benaknya lebih sering tersihir oleh kata-kata insan lainnya.

Dan aku ingin menyapa seorang insan yang pernah membuatku limbung dalam lautan imajinya.

Apa kabar, Dee? Senang bias mengucap kalimat ini padamu meski dengan cara bisu. Senang bisa berkomunikasi tanpa bersikap aneh di depanmu.

Pernahkah kau mengalami hal ini: Mengagumi suatu eksistensi zat yang awalnya bukan warna-warnimu? Aku mengalaminya, Dee. Bahkan pada estetika gradasi makna kisahmu yang kian kuselami kian dalam. Aku tenggelam di dalamnya.

Pernahkah kau mendapat ketentuan ini pada mata pelajaran bahasa Indonesia: Tak ada kata ganti kedua dalam penokohan cerita. Namun kau ciptakan itu, kau langgar kaidah itu dengan warna kuas imaji-mu. Tak ada yang mampu menentang, guru bahasa Indonesiaku sekalipun. Aku-kamu, nyata untukku.

Karena kau telah menggenggam nama, semua seolah hipnotis yang rasional.

Aku menyukai apa yang tuang dalam Rectoverso. Kisah yang paling kuminati adalah Firasat. Begitu dalam kau ajak aku menembus batas perasaan, dengan ilustrasi yang seolah memberiku peran ikut merasakan. Kau tulis apa yang selama ini orang alami, yang jawabnya masih mengambang, mengaliri hati. Kau bisiki aku arti firasat lewat gugusan bintang Rectoverso.

Andai kau tahu, Dee, akulah penulis suratmu yang terpayah. Bagaimana bisa aku mengirim surat pada penyihir kata yang telah menyulap novelnya sebagai bejana kehidupan kecil, yang hanya satu bejana kuteguk itupun tak sampai habis? Ya, hanya bejana Rectoverso. Namun Dee, akulah orang yang paling merasakan kedahsyatan sihirmu, elektrik dan dinamik.

Bila kau menganggapku seperti orang tak tahu malu, tenanglah, Dee. Aku masih punya kemaluan, kok. :D

Ngomong-ngomong, aku tak punya firasat apapun usai menyusun balok-balok kata ini. Adakah firasatmu untukku, Dee?

Salam kasih bertaut sayang,
Terhidang hanya untukmu.


Rectoversical_Ika Hikmah Maulida

Dari : Ika Hikmah Maulida
Untuk: mizan.com

Post a Comment

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!