Menjalani Hidup yang 'Seharusnya'

Saturday, May 13, 2017

Menjalani Hidup yang 'Seharusnya'

Sebelum curhatan ini aku mulai, ada baiknya kita amati dulu percakapan berikut ini. Coba perhatikan, ada sesuatu yang aneh nyelip di sini nggak?


Maaf ya kalo kamu nggak paham sepenuhnya isi percakapan ini dikarenakan penggunaan bahasa Jawa. Well, inti dari kejanggalan ini adalah udah kesekian kali aku ditanya KAPAN HAMIL (?). Aih, bikin gengges gak sih.

Dan anehnya, pertanyaan mereka ini sungguh amat nggak relevan dengan apa yang aku posting. LOLOLOLOLOL *ngakak sambil geleng-geleng kepala*

Parahnya lagi, dari sekian orang yang menanyakan kabar kehamilan, cuma 2 orang temen aku ini yang udah ngulang pertanyaan beberapa kali sampe aku mabok. :v Satunya temen SD, salah seorangnya lagi temen SMP. Yah mari kita sebut saja dengan Mawar dan Melati.

Aku nggak tau apa kepentingan yang dimiliki Mawar dan Melati sehingga bisa seenak udel seperti itu padaku. Nggak ada pertanyaan lain apa, semacam "Sekarang lagi sibuk apa?", "Itu gincunya cakep banget merk apa Sist?", ato apalah. Kok yang ditanya soal hamil melulu. Emang wajahku bunder bak ikan fugu yang mengingatkan mereka dengan perut ibu hamil, ya? Ckckck.


Nggak cuma dari Mawar dan Melati, tiap kali aku pulang ke rumah ibuku di Gresik juga hampir setiap waktu menerima pertanyaan yang sama dari para pelanggan ibuku. Beruntung banget punya ibu yang pengertian, jadi setiap pertanyaan rese itu datang, ibuku yang bantu menjawab.

"Anakku masih sekolah.. Ya nggak papa lah wong dia masih haus akan ilmu. Mumpung masih muda, bisa ini-itu. Dst..dst.."

Ya, jawaban semacam itu lah yang dilontarkan ibuku. See? Ibuku sendiri aja nggak gopoh (terburu-buru) kok buat menimang cucu. *alasannya, kalo udah punya cucu jadi keliatan tua LOL*

Aku jadi mengira-ngira apa yang ada di benak Mawar, Melati, dan para pelanggan ibuku yang kepo super tinggi itu.

Mungkin bagi mereka kalo udah menikah itu 'seharusnya' hamil, punya anak, endebrei endebrei.

Kalo udah menikah itu 'seharusnya' sibuk mempersiapkan segala tetek bengek soal anak, bukan main ke sana-ke sini gak jelas kayak kutu loncat.

Kalo udah menikah itu 'seharusnya' umek (berkutat) sama anak, bukannya haha hihi kayak nggak punya beban gitu.

Mungkinkah... mungkinkah mereka nggak rela melihatku ketawa-ketiwi menikmati hidup tanpa anak?

Ya mungkin aja kaaaaan. Toh hampir semua orang tau kalo punya anak itu berat, tanggung jawabnya gede, dan butuh kesiapan mental yang oke. Jadi kayak semacam, "Ini gue jungkir balik ngasuh anak, kok elo enak-enak aja?"

Oke oke, itu pemikiran yang rada ofensif. Yah kemungkinan terbesar mereka bertanya-tanya apa aku ini nggak kepingin punya anak. Kok nggak hamil-hamil gitu.

Hmm, mereka lupa ya kalo setiap individu di dunia ini dilahirkan dan hidup dalam kondisi yang berbeda. Maka sangat wajar dong kalo prioritasnya berbeda, bahkan untuk soal punya anak.

Di usiaku yang belum genap 22 tahun ini, prioritasku masih soal pendidikan, meraih banyak kesempatan, dan meningkatkan karier. Prioritasku ya prioritasku, nggak bisa disamakan dengan prioritas 'seharusnya' menurut pandangan orang lain.

Aku menikah karena sadar, bukan karena tuntutan sosial
Trus aku jadi mikir, bisa jadi banyak orang di luar sana yang terpaksa menjalani hidup yang 'seharusnya'.

Perempuan 'seharusnya' nggak usah kuliah tinggi-tinggi, takut nanti nggak ada laki-laki yang mau karena minder.

Perempuan usia 25 tahun 'seharusnya' udah menikah, kalo ketuaan nanti gimana mau punya anak.

Perempuan yang sudah menjadi ibu 'seharusnya' di rumah saja, mengurus anak dan suami.

Dan lain sebagainya.

Padahal, paradigma 'seharusnya' itu kalo nggak dilakukan pun nggak menimbulkan bencana apa-apa. 'Seharusnya' yang tidak harus dilakukan. Tapi realitanya menjadi suatu paksaan sosial dan dianggap wajar begitu saja. Ada apa dengan orang-orang ini?

Kalau hal kayak gini dibiarkan terus-terusan, maka yang terjadi berikutnya:

Perempuan terpaksa menikah karena tuntutan sosial, diledek kawan-kawannya melulu kapan menikah. Begitu ada pria melamar langsung iya-iya aja menikah, tanpa ada riset apalagi menyusun rencana hidup berumahtangga. Lalu kehidupan usai menikah berjalan tidak seindah yang dibayangkan, hanya karena demi terlihat 'memenuhi tuntutan sosial'.

Sepasang suami istri muda dengan keuangan yang belum stabil dan belum mandiri sepenuhnya, menganggap punya anak langsung setelah menikah itu ya 'seharusnya'. Lalu ekonomi mereka porak poranda. Dikiranya untuk punya anak itu cuma nyimpen bayi 9 bulan dalam rahim lalu tinggal dibrojolin. Mana pernah mikir untuk rutin cek kandungan berapa bulan sekali, tes kesehatan ini-itu, dan tetek bengek lainnya yang bisa menguras uang gaji selama bertahun-tahun.

Dan lain sebagainya, yang mungkin akan kita temukan sepanjang menjalani hidup.

Ayolah, jangan melestarikan standar 'seharusnya'. Hidupku, hidupmu, dan hidupnya jelas sangat berbeda. Hormati setiap keputusan orang lain dalam menjalani hidupnya. Karena bila ada orang yang terjebak dalam standar 'seharusnya' kemudian ia stress, berikutnya bakal melahirkan generasi menyebalkan dan kurang piknik. Emang kamu mau dunia ini dipenuhi dengan orang-orang semacam itu?

Biarkan orang lain menjalani hidup dengan cara yang ia anggap terbaik, cara yang ia yakini membuat bahagia. Bahagia itu kita yang menciptakan, bukan orang lain. Bahagia itu berdasarkan diri kita, bukan pandangan orang lain.

Bagi orang lain, bahagia itu punya anak langsung setelah menikah. Boleh dong aku berbeda. Aku merasa bahagia dengan kuliah tanpa anak. Jangan paksa aku meniru temanku yang kuliah + punya anak sehingga dia rela pulang-pergi sewaktu KKN demi bisa menyusui anaknya. Jangan samakan aku dengan dia!

Ada apa dengan orang-orang ini, mengapa sulit sekali menghormati keputusan seseorang. Aku tuh sering, seriiiiing sekali dibikin terisak (bahkan pernah nangis beneran), gara-gara reaksi orang yang tau kalo aku menunda kehamilan. Yang bilang awas gak punya anak lah, apalah, sumpah itu kan sama aja kayak mendoakan. Kenapa nggak didoakan aja sih sesuai apa yang aku harapkan?

Baca curhatan spesifiknya di: Sudahkah Kamu Menghargai Pilihan Hidup Orang Lain?

(Terima kasih untuk Nahla yang sering aku curhatin soal beginian. Nahla bilang, anak itu takdir. Mau sekuat apa pun usaha kita kalo Allah nggak berkehendak, ya kita nggak dikasih anak. Sementara mau sekeras apa pun upaya kita untuk mencegah, kalo Allah berkehendak ya tetep hiduplah itu jabang bayi.)

Well, pada akhirnya aku beri applause untuk orang-orang yang bebas menjalani hidupnya, tanpa terkekang olah standar 'seharusnya' yang dilabeli orang-orang. Menikah di usia 30-an, menjadi ibu bekerja, menitipkan anak di daycare, apa pun itu pilihan hidup yang diambil secara sadar. Kalian keren! Karena kalian bertanggungjawab atas kebahagiaan kalian sendiri. :)

Jadi, bagaimana dengan hidupmu hari ini? Bahagia untuk dirimu sendiri atau masihkah bertanggungjawab untuk kebahagiaan orang lain?

Thoughtful,
-Hilda Ikka-

50 comments

  1. Semangat Ka, namanya juga hidup kalau nggak ada ujiannya ya bukan hidup. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo aku sih sekarang udah terbiasa. Cuma pengen ngajak orang lain untuk menentukan kebahagiaan sendiri, bukan berdasarkan orang lain. 😘

      Delete
  2. Ya Allah ikaaaa...itu si mawar sama melati gemesiiiiunnn bgt komentarnyaaa... Padahal kamu punya anak pun mereka gak bantu beliin popok... Hih, ikut gregetaaann

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi tapi gregetannya tuh bikin gemes bin ketawa ngakak guling-guling. Abis gak mutu banget sih. 😂

      Delete
    2. Kamunya kenapa jawabnya telaten banget gituuu... Kalo aku udah misuh2 deh =D

      Delete
  3. Wow, you're so yooouuung, seumuran mahasiswaku, hahahaha

    bener itu, prioritas, mostly sih selain basa basi, mereka semacam (sorry) kurang well educated, taunya nikah dan kemudian punya anak, gak perlu kuliah tinggi dll, plus merasa kalau kepo itu adalah suatu keharusan, hahaha, ya di satu sisi mungkin dalam hal pendidikan mereka nggak punya kesempatan itu, disenyumin aja :)

    semangat Ika :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah ada Bu Dosen, salim dulu ah. 😘

      Iya bisa jadi. Mungkin juga lingkup pergaulannya kurang meluas jadi kurang open minded. Makasiiih 😊

      Delete
  4. Kebayang sih situasinya. Dulu aku suka mikirin banget pendapat orang lain yang sampe agak ngeganggu kebahagiaan diri sendiri, tapi sekarang udah ngga, udah lebih enjoy, bukan gak peduli yah, tapi lebih bisa milah2 mana yang perlu dipikirin mana yang ngga :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaah, sekarang sih udah nggak terlalu dipikir. :)

      Delete
  5. I feel you Ikaaa. Kadang mengkerut sm pertanyaan2 mereka yg bikin speechless. Solusinya bikin cyrcle sendiri yg nggak nuntuy ini itu. Bahkan parahnya pertanyaan "udah isi belum?" Terkesan basa basi. Moga lancar ya kuliahnya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Senyumin aja deh sampe mereka bosen sendiri :D

      Delete
  6. Kalau Ika ditanyain kapan hamil ? Lha kalau saya seumuran itu ditanyain kapan menikah ? Secara banyak teman sekolah yg lulus terus nikah hihi
    Nikah muda pun sekarang bnyk yg dikomentarin macem2 ya. Padahal mau nikah muda atau usia matang pilihan hidup.
    Saya dlu getol pengen nikah muda, lha nyatanya berjodoh menikah di usia 26 thn hehehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, apa-apa itu udah Yang Maha Kuasa yang ngatur. Gak perlu lah orang lain ikut campur. 😁

      Delete
  7. My thought exactly, Ika! Kalo aku sekarang langsung ceplosin aja orang semacam itu. Udh g bisa lagi pk basa basi. Kalo aku baru sampai lada tahap diusilin kapan nikah yg dihubungkan dg kesehatan reproduksi perempuan dst. Ini urusanku loh, hidupku. Usil amat. Semangat, ka! Cuma sebagian kecil loh orang kayak gitu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa, semoga jumlahnya gak makin bertambah. :v

      Delete
  8. ENJOOOYY! siapa pun nggak akan menolak rejeki kalau misal memang dikasih anak di usia dini. tapi menikmati hidup dulu juga akan ngasi kita pengalaman lebih banyak saat rejekinya datang nanti. semester berapah?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Mbak, aku sebenernya santai kok. Cuma berhati-hati apa salahnya ya hehe.
      Aku masih semester 2, hihi masih panjang.

      Delete
  9. Aku juga serig ngalami obrolan semacam itu, terkait nikah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku yakin Mbak Inayah sudah jago mengatasinya 😉😉

      Delete
  10. Ayo Ka, tak beliin lakban sekardus tah? Kali aja para komentatornya terlalu bersemangat komentar. Sekalian buat stok lebaran besok, Ka. Pasti rame beeut yg bakal nanyain kamu : KAPAN ?
    Heheh...Allah...maafin aku komen ginian di blognya Ika :)))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wakakak lebaran nyetok lakban seng akeh gawe angpao 😂

      Delete
  11. Kok aku sing gregetan ya baca komennya?? Ggrrr

    Yang suka komen begitu biasanya calon ibu-ibu rumpi nih sg doyan nyacat wong, wkwkwk suudzon

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lhaiya, mari kita tumpas generasi semacam ini 😎

      Delete
  12. Tetap semangat ya Ika dalam menghadapi orang-orang kepo kayak gitu.

    Kalo aku kasusnya kepengen, tapi kan yang namanya rezeki itu di tangan Allah. Yang nanyain ga usah kepo, mending doain. Hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Mbak, semoga cepet dikasih momongan ya Mbak 😘

      Delete
  13. Semangaaat yaa... Wah ika nikah lebih muda dari saya, pasti grundel-grundel (apaan tau XD ) nya lebih berasa deh.

    I Feel you bangeet, waktu memutuskan menunda kehamilan. Banyak yang nakut2in, nyumpah-nyumpahin, padahal punya anak itu butuh persiapan yang luar biasa kan, jangan sampai seneng bikinnya, nggak bisa ngerawatnya.

    Aku pernah denger gini, "Anak itu memang hak prerogatif Allah, tapi proses terjadinya hamil, kita pasti sadar melakukannya kan?"

    Nah, kalo kita kurang siap, gimana mau ngerawat anak yang bener? :D

    Semangat yaa ikka!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Anggun, beneran deh yang bagian disumpah-sumpahin itu bikin nyesek. 😢
      Tapi seringnya diem aja soale gak mau bikin gara-gara sama temen.

      Iyak, sepemikiran banget nih kita.
      Makasih yaa 😘

      Delete
  14. Bahkan anak belum ada aja calon ibu udah judgemental gitu yaa.. -_- Pasangan yg menikah lama belum dikasih momongan aja langsung dirasani macem2, dikasih saran macem2, berasa paling pinter sedunia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gatau deh Mbak, kok ya kebetulan yang begitu emang sama-sama belom punya anak (satunya lagi hamil sih) 😄

      Delete
  15. Hahaha....kui seng komen ngerti aku,pas aku momen juga. Sempet geleng2 kepala,kok gitu komennya hehe

    Aku dah khatam ditanyain gitu 4 tahun mbk,untungnya aku cuek banget. Awal2nya sedih tp Alhamdulillah punya suami yg sabar dan sering ngasih nasehat,semangat. Jadi pada akhirnya bisa jawab dengan cengar cengir dan bilang gini "do'an ya ya buk....", " pandungane.....".

    Ika,semangat ya!!!!
    yang sabar ngehadepin orang2 yg selalu berpikir negatif/komen nyelekit^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eyaaak ada saksi mata 😄

      Iya Mbaak, untung suami emang tempat terbaik untuk curhat yaa, jadi lega. Sekarang aku udah bisa woles bahkan cuek. Bodo amat dibilang judes, lah situnya juga gak mikirin perasaan aku. 😆😆

      Delete
  16. 22 tahun....wiiih masih panjang itu mah gak usah buru2....aku nikah umur 26 tahun punya anak umur 28 tahun dan anak hanya satu2nya...skrg umurku sdh 40 tahun tapi ya masih ada aja yang ngomongin...kok gak nambah2 sih anaknya...atau kapan nih di Fawaz punya adek.....yup emang bener anak itu emang kuasa Illahi manusia tdk bisa menciptakannya....pasrah saja sambil terus ikhtiar semoga kita diberi kemudahan dan dipercaya mempunyai anak....amin....tetap semangat ya Mbak.......

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, makasih... ntar kalo udah siap aku juga pengen banget kok nimang anak. Untuk saat ini mah kidu jalanin dulu apa yang ada di depan mata. 😊

      Delete
  17. Gemes sm orang kayak gitu, aku siap pasang badan lhoh buat noyor pala orang resek. Aku masih dtahap kapan nikah sih pertanyaanya, tp ya gitu deh, seringkali orang tuh nanya bukan krna empati tp cm sekedar kepo doang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah, gak penting juga buat diladenin sebenernya *tapi aku gemes jadi kepancing 😝

      Delete
  18. yang masih nanya begitu suruh sering2 baca blog akuuu *lha jadi promo hahahaha

    ReplyDelete
  19. Mba,dikau org kudus po? Aku pun bosen ditanya kapan nambah anak.lha mbok kiro gawe roti uplek2 dadi.sekeras apapun berusaha tp Allah blm ijinkan ya urung dadi

    ReplyDelete
  20. Gemes baca chattinganmu:D I feel you...kapan itu saya juga nulis note di fb soal begini. Stop asking dan meminta org lain punya kisah yg sama dengan kisahmu yg 'seharusnya' 'seharusnya' itu. :) Semangat kuliahnya...

    ReplyDelete
  21. Kok aku yang kesel ya baca percakapan di foto paling atas. Akupun yaaaaa, yang udah punya anak 2, sekarang nyesel loh kenapa nggak lamaan aja pacaran halalnya dulu. Setelah punya anak semuanya berbeda rasanya soalnyaaaa.. Jadi kalo petuah aku kepada newly wedd sih biasanya, santai aja ya ngejer isinya, nikmatin aja masa-masa pacaran halal yang tak akan terulang seumur hidup.. *tsailaaaaah

    ReplyDelete
  22. Sabar, ka. Sing tekok ngono mesti tukang kepo. Nek ga yo deke paling seneng nek koncone uripe ga nyaman. Klo ditanya gitu mending jawab doanya ya. Nek dijawab sitik ngono kan biasane mincep dewe.

    ReplyDelete
  23. Mau mewek baca ini huhuuu
    Lagi 'dipaksa' lingkungan buat cepet nikah. Aku capek. :(

    ReplyDelete
  24. Aaaaaa sama nih ngerasain juga. Tapi pertanyaannya bukan "kapan hamil?", malah "Kapan nikah? udah 25 loh belum nikah aja. Eh gimana mau nikah ya, pacar aja gak punya". Hahahahaha sebel gak sih, rasanya mau aku ceburin aja ke rawa-rawa T___T

    ReplyDelete
  25. Setelah baca artikel ini, gua jadi merenung sendiri niih..
    udah berapa banyak "seharusnya" yang gua bela-belain lakukan cuma simply karena tuntutan sosial...

    Bener juga yang kakak bilang..
    Bahagia itu dari diri kita sendiri... ga perduli apa kata orang...

    Thanks for sharing kaak...
    :D
    # Senyum sambil miringin kepala

    ReplyDelete
  26. Haesssh Kak Hild kyutz sekale :D iya sih kak, kesel juga kenapa tiap orang abis nikah selalu ditanya anak, ya nikah kan juga memuliakan tujuan bersama dulu, untung sih kak Hild kuat, ada beberapa di sini temen saya yang selalu ditanya kapan punya anak, ya akhirnya justru beberapa pengin kuliah lagi, udah repot urus anak, begitu. Hmm

    ReplyDelete
  27. Hahah dulu saya suka sensi kalo ditanya kapan hamil, org pgn honeymoon dulu eh sekarang udah lahiran boro2 ngado deh tuh orang ngucapin selamat juga kagak, ada ya orang kayak gitu? Buanyak hahah semoga kita sehat dan bahagia selalu Mbaaaa

    ReplyDelete
  28. benar hidup seperti kamu sukai, kamu nyamanin, toh gak dosa, gak melanggar hukum kok tuh orangorang suka ribet sama urusan orang lain.

    ReplyDelete
  29. Kalo aku jd kamu, udh aku block sekalian sih org2 yg suka ga sopan menanyakan hal2 pribadi gini, suka ikut campur dan ngerasa Tuhan. Ato ga tau agama samasekali mungkin. Kalo tahu, dia pasti ga nanya2 segala urusan yg udh jelas HAK PREROGATIF nya Tuhan.

    Msh ada aja yaa orang2 ga ada etika begini -_-

    ReplyDelete
  30. Semangat selalu mbak... Orang2 kayak gitu aku berusaha menjauhi... Kezel juga diatur2 dgn kata seharusnya.. Aku ya aku, kamu ya kamu

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!