Talkshow bersama Ollie by Hijab & Dream (part 1)

Monday, July 14, 2014


Bismillahirrahmanirrahiim…

Sabtu kemarin (12/7) aku mantap mengikuti sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh Hijab and Dream dengan guest star Ollie (writer & technopreneur), Hanum Rais (99 Cahaya di Langit Eropa’s novel writer), dan Asma Nadia (writer of Catatan Hati Seorang Istri). Acara bertempat di Grand Square Ballroom ICBC Center Surabaya, yang lokasinya dekat sekali dengan kosan-ku. So, no excuse deh bagiku untuk tidak ikutan. Apalagi dengan guest star mbak Ollie yang menurutku tuh inspirasional banget bagi dunia literasi.

OH-EM-JII, emang apa hebatnya, sih?

Lho, belom tau yah? Mbak Ollie tuh selain penulis juga merupakan pebisnis. Di usianya yang relatif muda, ia sudah memiliki beberapa usaha yang berkembang bagus. Sebut saja toko buku online kutukutubuku.com dan usaha percetakan print on demand nulisbuku.com beserta usaha lainnya. Kenapa saya menebali huruf nulisbuku.com? Karena berkat nulisbuku.com yang digagas mbak Ollie, banyak para penulis yang terbantu untuk membukukan karyanya secara independen tanpa memerlukan modal yang banyak. Sebuah kontribusi nyata yang mulia, kan?

Mbak Ollie hadir dengan busana yang sudah jadi ciri khas berpakaiannya. Tampil chick dengan dress hitam dipadu blazer floral dan berhijab pashmina pink yang dihiasi bros beruntai. Look stylish and classy!


Mbak Ollie pun mulai berbincang mengenai semua usaha yang telah ia capai sekarang. Segalanya berawal dari mimpi. Mimpi yang sederhana saja mulanya: ingin punya web sendiri. Ya, mbak Ollie yang saat itu berstatus mahasiswi jurusan IT mengaku punya situs pribadi merupakan hal keren. Sembari mempelajari dunia web lebih dalam, mbak Ollie pun mulai merambah dunia kepenulisan. I believe within trying something new, mimpi yang kita punya pun bisa berkembang. Dan mbak Ollie pun percaya bahwa menulis bisa mewujudkan impian.

Apa buktinya?

Mbak Ollie diundang ke berbagai talkshow baik dalam maupun luar negeri, jalan-jalan kesana kemari dengan gratis, mencicipi suatu produk secara cuma-cuma, dan banyak hal lainnya yang bila disebut bakal membuat kita ngiler saking penginnya.

So, bagaimana mbak Ollie memulai semuanya?

Untuk mendapat lebih banyak ilmu, mbak Ollie apply beasiswa pelatihan menulis di Gagasmedia. Untuk aplikasinya, mbak Ollie aktif menulis di blog. Mulai dari curhatan pribadi, lalu berkembang jadi semacam opini, kemudian seringkali ia berbagi tips-tips dan dari kegiatan inilah mbak Ollie Gain Trust alias meraih kepercayaan. Gain trust maksudnya membangun kepercayaan dari para pembaca blog-nya atas image mbak Ollie sebagaimana yang ia branding dalam blog-nya. Makanya kenapa ada orang yang minta dibikinkan product review atau mengundang Mbak Ollie ke acara talkshow karena mereka tahu persis kualitas mbak Ollie berkat blog-nya.

Selain itu mbak Ollie juga rajin menulis buku dan bisa kelar dalam 2-3 bulan. Ia serahkan pada berbagai penerbit dengan jalan berliku. Setelah jatuh bangun sekian lama, akhirnya ia telah mendapatkan kepercayaan berbagai penerbit dan bisa meluncurkan karyanya dengan mulus. Sampai suatu ketika ia menulis sebuah buku yang diberinya judul Inspirasi.net ditolak berbagai penerbit dengan alasan karyanya tidak komersil.


Mbak Ollie tidak berkecil hati, ia tidak merasa bahwa karyanya dibilang jelek. Mbak Ollie justru berpikir bahwa karyanya yang bermanfaat ini sayang sekali bila tidak sampai ke tangan pembaca tanpa mementingkan urusan komersil. Akhirnya bermula dari kasus inilah mbak Ollie mendirikan usaha printing on demand bernama nulisbuku.com. Berkat nulisbuku.com pula, banyak para penulis yang terbantu untuk mewujudkan impian untuk menerbitkan bukunya secara mudah. Sesuai dengan tagline nulisbuku.com : publish your dream!


Namun terkadang kita juga berpikir, “Penting gak sih karya kita ini buat orang lain?” Mbak Ollie kemudian mengutip perkataan Stephen King,
“If it matters to you, it matters.”
Kalau kamu berpikir itu penting, maka itu menjadi penting. Kalau kamu merasa orang lain perlu karyamu, maka mereka akan menghargai karyamu. Begitu kira-kira.

Kini usaha nulisbuku selalu kebanjiran order setiap harinya dan punya komunitas di berbagai daerah sebagai wadah kekuatan para penulis dalam memperoleh inspirasi dan motivasi. Alhamdulillah ya, semoga bisa dihitung sebagai amal kebaikan dan selalu mendatangkan berkah.

Ketika ditanya mengenai apa projek untuk ke depan, mbak Ollie menjawab mantap ingin melahirkan 1.000.000 penulis Indonesia di tahun 2020. Wah! Saya sudah pasti akan ambil bagian. Hehehe. Selain itu mbak Ollie pengin bikin Jakarta sebagai objek wisata literasi. Mungkin dengan mendirikan bangunan yang berkaitan dengan buku dan kegiatannya. Sekaligus bikin hotel bernuansa literasi yang tiap kamarnya diberi nama penulis kenamaan. Misal kamar Goenawan Muhammad, di dalamnya bakal dilengkapi koleksi buku-buku Goenawan Muhammad. Atau kamar Pramoedya Ananta Toer? Andrea Hirata? Boleh-boleh saja. :D

Terakhir penutup kata dari mbak Ollie, “Kalian semua harus tahu apa yang kita inginkan dan kalian harus tahu itu akan bermanfaat bagi orang lain juga.”

Jurusnya: Pura-Pura Bego

Friday, July 11, 2014

Ekspresi saya saat sadar baru saja bertindak bodoh 
Aku punya sekelumit pengalaman konyol yang kualami bersama pasanganku sewaktu awal pedekate. Saking konyolnya, cerita ini amat membekas di benak kami berdua dan sukses bikin ngakak acapkali mengingatnya. (≧◡≦)

Kejadian ini bermula dari ajakan dia (panggil: Abang) untuk nonton film Comic 8 berdua. Siapa yang tak girang, pucuk dicinta ulam pun tiba. Momen jalan bersama yang kuharapkan akhirnya datang juga. Lalu kami sepakat untuk nonton di Tunjungan Plaza dan ia memintaku untuk membeli tiket terlebih dahulu. Sedikit informasi: kost-ku dekat sekali dengan TP sehingga aku bisa memesan tempat sepulang kuliah siang hari. Aku membeli tiket film Comic 8 yang diputar pada jam selepas maghrib berkat si Abang baru pulang kerja jam 5 sore.

Pukul 6 lebih kami sudah berada di Tunjungan. Film baru dimulai pukul 18.55 WIB sehingga kami memilih untuk menghabiskan waktu terlebih dahulu dengan mengitari mall dan mampir beli es krim di A&W corner. Kami juga telah berada di seat masing-masing tepat sesaat setelah pintu teater dibuka. Sembari menunggu komplitnya penonton lain, kami menikmati beragam trailer film yang masuk dalam daftar coming soon.

Kenyamananku sedikit terusik berkat munculnya sekelompok anak ABG yang sedang mencari-cari seat-nya. Suara mereka bising sekali seolah sedang meributkan sesuatu. Ternyata dua orang dari mereka kebingungan tak mendapatkan tempat. Lalu dengan ragu salah satu dari mereka menanyakan seat kami berdua. Segera kuambil tiketku dari dalam tas dan barulah kami tahu sumber masalahnya adalah seat dua orang ini sama dengan seat yang kami tempati. Kemudian terdengar gerundelan kecil, “Duh bagaimana ini… kok bisa sih seat-nya dobel? Aneh banget.”

Iya aneh banget menurutku. Akhirnya kupandangi tiketku sekali dan barulah aku tersadar waktu yang tertera pada tiket adalah pukul 16.55 WIB. Astagaaaa…. Aku SALAH BELI TIKET. Omaigad… terus bagaimana ini. Kuawasi dua anak ABG itu yang sedang mengadu pada mbak-mbak twentyone. Akhirnya dengan senter di tangan, mbak-mbak itu menghampiri kami berdua dan mengecek tiket. Kulirik si Abang di sebelah. Dari gelagatnya aku tahu, ia sepenuhnya sadar apa yang sedang terjadi dan memilih bersikap sama denganku: pura-pura bego!
Kira-kira beginilah ekspresi kami berdua begitu sadar bahwa kami sendirilah biang keroknya 
Dahi si mbak berkerut sambil bergumam, “Aneh ya, harusnya hal ini tidak mungkin terjadi.” Nah lho, gak sadar dia. Kemudian tiket kami dibawanya pergi keluar dan kembali untuk memanggil kami berdua. GAWAT! Oh tidak, rugi banget kalo kami gak jadi nonton gegara diusir. Alamak, malu-maluin. (ಥ ̯ ಥ)

Kami berdua pun digiring menuju lokasi pembelian tiket. Si mbak penjual tiket mengenali wajahku dan berseru, “Lho, mbak kan yang tadi siang beli tiketnya, kan? Kok bisa keliru, toh?”

Aku meringis kecil sambil menerangkan bahwasanya kesalahan fatal ini terjadi berkat angka 16.55 yang tertera di display jadwal film saat membeli tiket, entah aku lagi gak fokus atau otakku waktu itu sedang korslet, bisa-bisanya kuterjemahkan pukul 18.55 WIB. Jelas saja aku menganggap jadwal film-nya selepas maghrib. Angka 6 pada pukul 16.55 lah yang meracuni konsentrasiku dan membuatku mengartikannya sebagai pukul 6 petang.

Setelah diomeli panjang lebar, beruntung kami diperbolehkan nonton film dengan syarat boleh duduk di bangku yang tersisa. Walah, tidak diusir saja aku sudah bersyukur kok. Sementara si Abang cuma bisa geleng-geleng kepala mendapati kecerobohanku yang luar biasa akut. Hehe, ampuuun….

Toh berkat kejadian konyol tersebut, masa pedekate kita jadi sedikit lebih berwarna, kan? (^o^)V

525 kata

Tulisan ini diikutsertakan dalam The Silly Moment Giveaway

Let’s Make a to-do-list!



Sejak bulan Juli atas saran Sister Prima, aku mulai membiasakan diri untuk mencatat segala sesuatu yang akan menjadi agenda kegiatan dalam waktu dekat maupun jangka panjang dan berkelanjutan. Terkait dengan hal ini, aku sudah sedikit bercerita di postingan ini. Kemudian atas permintaan mbak Rosa, akhirnya aku membikin postingan khusus mengenai gambaran to-do-list yang kubuat berikut penyusunannya berdasarkan versiku sendiri.

In Relationship part 4

Thursday, July 10, 2014


Hari berganti hari hingga tak terasa bilangan kalender berposisi di awal bulan Juli. Ini artinya hubunganku dengan my sweetheart-Radik sedang menjajaki bulan kelima. Syukur Alhamdulillah hubungan kami baik-baik saja (aku sih merasa begitu, gatau lagi apa yang dia rasakan. Lho? :D) Sungguh aku tak menyangka, atau lebih tepatnya tidak berani menyangka, akan punya hubungan sejauh ini meski teman-teman sebayaku banyak yang bertahan lebih lama dariku. Maklum, aku belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun sebelumnya. Hubungan yang berdasarkan komitmen lo ya, bukan yang berdasarkan ngarep. :3 Soalnya aku pernah punya hubungan di pernyataan kedua.

Masjid Al Falah, Setia Melayani Jamaah

Tuesday, July 8, 2014


Ramadhan tahun ini aku sedikit bersedih. Aku tidak bisa menjalankan ibadah tarawih bersama keluarga dan melewatkan puasa plus berbuka di rumah. Rencanaku untuk pulang jadi tertunda akibat tugas-tugas kuliah yang diberikan menjelang UTS. Padahal niatku hendak mengulas masjid Nurul Islah di kampungku atau kalau bisa sih masjid di pesarehan Sunan Giri, kebetulan sudah lama aku tak berkunjung ke sana.

Namun syukurlah, kebetulan saya punya agenda kegiatan organisasi yang lokasinya kebetulan berdekatan dengan masjid Al Falah. Akhirnya saya menyempatkan diri untuk melihat-lihat dan mengumpulkan informasi untuk #1Hari1Masjid.