Tragedi Langit Merah Amanatul Ummah

Sunday, August 17, 2014

Sumber: tribunnews 
Sejak SMP hingga SMA, aku bersekolah di pesantren Lembaga Pendidikan Amanatul Ummah. Lembaga ini berpusat di Surabaya dan berkembang pesat hingga akhirnya pengasuh memutuskan untuk membeli lahan di Pacet, Mojokerto. Beliau mendirikan beberapa unit sekolah lagi akibat keterbatasan lahan di Surabaya. Jadi yang di Pacet tersebut masih merupakan inti lembaga, bukan anak cabang. Bahkan rayon sekolahnya tetap Surabaya meski berlokasi di Pacet (keren, kan?)

Saat SMP, aku berstatus pelajar MTs. Program Unggulan yang berlokasi di Surabaya. Baru pas SMA aku memilih untuk melanjutkan di MBI (Madrasah Bertaraf Internasional) yang berlokasi di Pacet. Yuhuu, jadi anak desa tapi berstatus pelajar kota. Wkwk. Aku menikmti pendidikan dengan enjoy hingga pada tahun 2013 aku resmi berganti status menjadi mahasiswi.

Di Pacet berdiri beberapa bangunan dengan lokasi terpisah. Yang letaknya paling tinggi (karena ini merupakan wilayah pegunungan yang dikelilingi hutan dan sawah) adalah MBI. Sekitar jarak 200 meter di bawahnya adalah kompleks MA-MTs. Program Akselerasi. Lokasi mereka juga berdekatan dengan kompleks SMP-SMA Berbasis Pesantren. Bahkan masih ada beberapa kamar beda unit yang dijadikan satu asrama. Masjid Raya milik pesantren juga ada di samping kompleks.

Jumat lalu saat terbangun di pagi hari, aku reflek mengecek hape. Betapa terkejutnya aku mendapati notification BBM dipenuhi oleh kabar kebakaran di bangunan kompleks Akselerasi Pacet. DP kawan-kawan SMA-ku kompak menampilkan bangunan yang dilalap si jago merah. Sontak aku mengucap “Innalillahi…”. Aku sungguh tak habis pikir bagaimana musibah itu bisa terjadi. Bertanya pada kawan-kawan pun percuma karena sudah jadi alumni semua. Satu-satunya cara hanyalah bersabar menanti berita itu tersebar di ranah dunia maya.

sumber: surabaya okezone 
Benar, sekitar pukul 7 pagi sudah ada 1 headline dari tempo.co.id namun sayangnya judul beritanya kontroversial dan menyinggung soal pilpres (maklum, Pak Kyaiku mendukung kubu Jokowi-JK). Aku sedikit mendapat titik terang, yakni kebakaran terjadi sekitar pukul setengah dua dini hari dan diduga disebabkan oleh korsleting listrik. Kebakaran di asrama putri tersebut menewaskan seorang santri MTs. Akselerasi dan menyebabkan puluhan santri lainnya luka. Korban pun langsung dievakuasi di RS Sumber Glagah Pacet.

Makin siang, berita dengan topik serupa di internet makin bertambah. Infonya juga terus berkembang. Aku membaca kesemuanya dengan perasaan berkecamuk. Ya Allah.. bagaimana perasaan orang-orang yang nasibnya berada di sana? Sebagai orang yang pernah nyantri di situ dan pernah sering main-main di asrama tersebut tentunya aku sudah akrab dengan definisi bangunannya.

Asrama tersebut merupakan bangunan pertama yang berdiri di kompleks itu, yakni sekitar hampir 6 tahun yang lalu. Bentuknya seperti letter L, membentuk sudut 90 derajat dan berlantai dua. Aku tak hafal berapa jumlah ruangan per lantai namun yang kutahu kira-kira ada sepuluh. Yang amat disayangkan dari bangunan berkapasitas sebesar itu, jumlah tangganya hanya satu. Aku bisa membayangkan bagaimana paniknya mereka berebut menuruninya. Belum lagi bila aksesnya terhalang oleh bangunan yang runtuh. Astaghfirullah… membayangkannya saja sudah ngeri sekali.

Kondisi bangunan usai dipadamkan. sumber: detiknews
Kebakaran terjadi di saat yang sempurna. Jam tersebut adalah saat-saat santri sedang amat terlelap melepas penat seharian mereka. Mungkin mereka terlambat menyadari api yang telah menjalari ruangan dan melahap habis perkakas mereka. Aku sampai penasaran, apa mereka masih sempat mencari-cari jilbab untuk menutupi aurat mereka? Ataukah mereka langsung keluar tanpa memperdulikan pakaian mereka entah mengenakan babydoll, sewek, dan lain sebagainya? Menurut kabar yang dihimpun, para santri yang di lantai dua sampai membebaskan diri tanpa melewati tangga. Entah langsung meloncat atau diselamatkan orang-orang dengan tangga lipat.

Aku paling ngeri dengan korban tewas akibat kebakaran. Aku berharap dia meninggal karena hal lain seperti meninggal karena kecepit bangunan atau hanya kehabisan oksigen. Namun ternyata takdir mengharuskan Lailiyatul Musyarofah menemui ajalnya dalam kondisi sama seperti korban kebakaran pada umumnya, hangus terpanggang hingga jasadnya sulit dikenali *innalillahi… Korban baru diketahui identitasnya saat usai pengabsenan, hanya ia yang tak ada.

Sudah pasti para wali murid bergegas mencari informasi keselamatan para putrinya. Orang tua korban yang akrab disapa Lia pun mendapat kabar selepas Subuh dan langsung bertolak menuju Pacet. “Benar, ini anak saya,” kata pasangan suami istri mengenali jasad anaknya dari anting yang dikenakan. Musibah ini terjadi di hari Jumat, hari yang mulia, semoga anak ini meninggal dalam kondisi khusnul khotimah.
Jenazah saat dievakuasi ke RS Sumber Glagah
Jenazah saat disalati sebelum dimakamkan di kampung halaman 
Ada seorang korban lagi yang mengalami luka berat, yakni patah tulang dan luka bakar hingga harus dirujuk ke RS Dr. Soetomo Surabaya. Aku membayangkan nuansa kelam yang menyergap begitu cepat, padahal dua minggu lalu mereka baru saja kembali dari libur lebaran bersama keluarga. Apalagi bagi orang tua almarhum yang harus berpisah dengan anaknya di lebaran tahun ini. Anaknya yang baru saja mengecap bangku pendidikan yang tak murah itu (iya, mahal banget memang. SPP-nya sebulan bisa 1 juta) harus berpulang ke rahmatullah.
Kata ibunya, “Padahal dulu saya minta ia bersekolah di Amanatul Ummah yang berlokasi di Surabaya. Tapi ia menolak tegas dan hanya mau yang di Pacet.”
Kebetulan saat musibah ini terjadi, korban sedang dalam kondisi sakit. Saat dibangunkan oleh temannya, ia masih tertidur pulas. Mungkin karena situasi panik, semua ribut menyelamatkan diri sendiri tanpa sadar bahwa almarhum ini masih tertinggal padahal sudah dibangunkan berkali-kali. Kira-kira teman yang membangunkannya tadi menyesal gak ya, tidak berusaha lebih untuk menyelamatkannya keluar?

Ternyata penyebab kejadian tersebut berasal dari korsleting listrik dari heater (pemanas listrik). Menurut pengakuan seorang santri penghuni kamar nomer 13, kamar yang merupakan sumber munculnya api, sebelumnya memang ada beberapa temannya yang memasak air untuk bikin Pop Mie. “Mungkin colokannya lupa dicabut,” katanya.

Aaaargggh, aku kesal sekali dengan anak yang tidak bertanggungjawab itu—entah siapa toh aku tak tahu. Padahal sudah ada aturan dilarang membawa heater oleh pesantren. Andaikan yang memakai tidak lalai, pasti musibah ini tidak akan terjadi. Namun sesungguhnya aku harus ingat, tak ada kata ‘seandainya’ di dunia ini. Semua telah diatur oleh Allah dan aku harus berprasangka baik pada-Nya. Oleh karena itu, mari kita berdoa:
“Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un. Allahumma aajirna fii mushiibatina wakhlif lana khoiron minha.” Amin.

Baca salah satu berita: http://news.detik.com/surabaya/read/2014/08/15/115601/2663029/475/santri-ponpes-amanatul-ummah-yang-tewas-terpanggang-sedang-sakit?nd771104bcj

28 comments

  1. inalillahi wa inalillahi rojiun...
    semoga mereka diberi kekuatan n ketabahan untuk menjalani cobaan ini :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin.. semoga Allah juga menyembuhkan luka Amanatul Ummah sehingga bisa bangkit kembali. Bagi para korbannya juga. :'((

      Delete
  2. Ada kabar lagi. Kalo heater itu buat masakin mie temennya yg belom makan.ntahlah bener atau nggak. Mreka masih kecil", baru masuk pondok. Mungkin belum begitu paham safety pondok sperti apa. Innalillahi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hiks, iya. Itu kan asrama 70% penghuninya baru masuk SMP. :((

      Delete
  3. Turut berduka mbak atas musibah ini. :(

    Eh, bukankah biasanya penghuni asrama memiliki giliran jaga malam? Atau mungkin ada petugas keamanan dari pesantren yang bertugas jaga malam?

    Kalau memang korslet dari heater pemanas air menyebabkan kebakaran, berarti bangunan asrama sendiri memang rentan terbakar donk mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena api berasal dari dalam kamar, cukup lama untuk menyadarinya. Dan penjaga malam letaknya jauh dari asrama putri yang terbakar itu. :(

      Iya mungkin, saya kurang paham tentang konstruksi bangunan. Yang amat disayangkan dari bangunan ini adalah tak adanya jalur evakuasi yang memadai sehingga korban sulit menyelamatkan diri.

      Delete
  4. Turut berduka ya ama kejadian itu, kasian banget itu yang gak bisa keluar karena dia lagi sakit bukan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mas, menurut pengakuan teman sekamarnya begitu.

      Delete
  5. Membaca kisah ini mirip dengan keteledoran yang saya lakukan saat masih ngekos dulu. sewaktu masih berstatus sebagai MHS alia Mahasiswa. Singkat kata setelah puilang dari kuliah, saya mendapati kamar kos saya agak sedikit berasap,. Ternyata strikaan saya lupa dicabut. Oalaa Masya Allah, Untung aja tidak terjadi kebakaran. Setelah itu, saya Insya Allah akan selalu berhati hati

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Kang Asep, mungkin ini benar-benar teguran keras atas kelalaian manusia yang sering kita sepelekan. Dengan begini pasti para santri tak akan berani lagi untuk menentang peraturan tersebut.

      Delete
  6. Innalillahi wa inna illaihi Rojiun...

    Turut berduka cita atas musibah kebakaran dan juga atas jatuhnya korban ya Hilda..smoga yang luka2 lekas sembuh dan mudah2an keluarga yang dfitinggalkan bisa tabah dan ikhlas menerima musibah ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Amin mbak Fitri... innallah ma'as shobiriin :")

      Delete
  7. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un :((

    ReplyDelete
  8. Turut berduka cita ya. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan dan ketabahan. Yang luka2 semoga cepat sembuh.

    ReplyDelete
  9. innalillah wa innailaihi raaji'un. Turut prihatin sekali atas musibah ini...semoga dikuatkan dan tabah...

    ReplyDelete
  10. Duh, kalau kebakaran timbulkan korban jiwa itu, gimana rasanya.. Tapi, lagi-lagi konsleting listrik memang paling banyak penyebab terjadinya kebakaran. Cek dan ricek sebelum tidur atau meningglkan rumah itu memang sangat perlu sekali. Makasih sharingnya Hilda..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Eka... sekaligus selalu menyiapkan alat pengamanan :))

      Delete
  11. Subhanallah, ternyata antum lulusan dari “Amanatul Ummah”,.. ngga nyangka..
    Tapi sekarang lagi ada musibah, semoga para korban tersebut diberikan tempatnya yang baik di sisi Allah, diberi ketabahan bagi keluarga yang ditinggalkannya. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’un.

    ReplyDelete
  12. Jadi takut mbak...mau smp sana..hehhehehe tapi ternyata ada berita kebakaran...semoga aja yg wafat di terima disisi nya...amin...

    ReplyDelete
  13. Almarhumah itu.. kawan akrab anak teman tante saya

    ReplyDelete
  14. Assalamualaikum ..

    Mau tanya , bagaimana keseharian santri AU? saya mau masuk disana tapi ada kendala biaya, apakah disana ada beasiswa yg mau masuk pp.amanatul ummah untuk tingkat smp? terima kasih ..

    Semoga mbk lekas menjawab karena saya butuh informasi dari mbk .. saya tunggu ..

    Terima kasih banyak mbk ..

    ReplyDelete
  15. Hai kak hilda, awalnya aku lagi cari referensi untuk bahan laporan magangku tp gatau kenapa tiba" ada blognya kakak dan yaudah aku buka deh wkwk, aku ada di tragedi itu kak dan waktu itu masih kelas 7 dan rasanya sekarang masih bisa merasakan trauma itu wkwk.

    Masih inget banget waktu itu masih santri baru bngt masih dapat 2 minggu dulu kan masuknya setelah hari raya jadi pasti lagi seneng senengnya kann ada baju baru, sepatu baru, barang baruu semua baruu dan tentunya ada bnyak uang soalnya banya thr wkwk dan itu semua ludess. dulu aku kebangun gara" ada kaca pecah keras bgt suaranya duhh sebenernya pgn cerita bnyk bgt tp aku masih ada tanggungan laporan wkkw

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!