Serangan Tengah Malam

Thursday, October 30, 2014


Siang itu suasana rumah sedang sepi. Aku pun tak punya firasat apa-apa saat penglihatanku memasuki kamar yang memiliki banyak boneka porselen berjajar rapi. Kesemuanya amat cantik. Terlebih satu yang amat besar dan diletakkan di sisi yang paling atas. Tiba-tiba kurasakan bulu kudukku merinding. Daun pintu yang berada tepat di balik punggungku seolah ada yang menggerakkannya. Pelan-pelan aku menoleh…. Betapa terkejutnya saat kulihat sosok seorang gadis kecil bergaun putih berdiri di sana. Lebih menakutkan lagi saat tiba-tiba ia menjelma sebagai sesosok hantu perempuan!

KYAAAA! Aku menjerit kencang. Begitu pula penonton lainnya di bioskop, tak terkecuali my hunny yang berada di sebelahku.

Apa lu liat-liat?
Hiahaha, itulah yang terjadi saat nonton film horror ‘Annabelle’ di Tunjungan XXI dalam rangka nuansa Halloween. Buat yang belum tau sejarahnya, kamu bisa baca asal muasal Halloween di web Tokopedia.com. Meski Halloween bukan bagian dari budaya kita, nyatanya Indonesia cukup meriah lho setiap menyemarakkan acara ini. Amati saja, tiap memasuki bulan Oktober kita pasti menemukan hiasan labu Jack-O-Lantern bertebaran di mana-mana. Bisa juga orang-orangan sawah, tengkorak, kelelawar hitam, dan lainnya.

Halloween selalu dikaitkan dengan horror dan mistis. Mungkin itulah sebabnya Annabelle dirilis pada bulan Oktober. :D Dan menurutku, hantu-hantu di luar negeri gak menakutkan bila dibandingkan dengan hantu-hantu lokal. Trus, kenapa film horror buatan mereka itu serem? Yah, itu kan efek suaranya yang nyeremin. Vampire, Frankeinstein, Dracula, orang-orangan sawah… buatku masih gak ada apa-apanya dengan pocong, kuntilanak, genderuwo, wewe gombel dan lain-lain. *Annabelle pun masih kalah serem ama Suz***a

Serius, aku sendiri gak mau berurusan sama sekali dengan makhluk-makhluk beda alam tersebut. Amit-amit deh kalo sampe ngeliat wujudnya. Tapi jangan salah, aku pun pernah menjadi korban kejahilan mereka di rumahku sendiri.


Ya, pada awal berdirinya rumahku ini bisa dibilang berada di kawasan angker. Belakang rumahku banyak berdiri pohon jati dan bambu yang menjulang tinggi. Depan rumahku juga masih banyak semak belukar yang mengelilingi rumpun bambu. Tetanggaku hanyalah sebuah rumah di sebelah kanan dan di sebelah kiri *itupun yang sebelah kiri masih dipisahkan dengan sepetak tanah kosong. Rumah warga lainnya banyak berderet di balik gang kecil sebelah rumah tetangga kananku.

Rumahku bertingkat dengan lantai dua yang ukurannya hanya setengah dari luas rumahku. Kita sering menyebutnya ‘loteng’, kan? Loteng itu terdiri atas tempat salat, sebuah kamar tidur dan tempat mencuci baju sekaligus jemuran. Kabar buruknya, aku menempati kamar itu sendirian dan aku bisa merasakan hawa seram yang menyelimuti tempat ini. Sering sekali aku mengalami mimpi buruk yang menggambarkan lokasi kamarku. Seperti pocong yang berloncatan di kamar, pocong besar yang menggantung di atas tangga, hingga makhluk-makhluk halus yang berpesta-pora di tempat jemuran.

Maka dari itu, saat melanjutkan jenjang pendidikan SMP di pesantren aku merasa senang sekali. Yayalah, terbebas dari nuansa angkernya rumah. Namun sepertinya para makhluk halus ini kayak gak rela atau kangen gimana gitu kepadaku. Pasalnya saat aku liburan pulang ke rumah, mereka kerap menggangguku.

Salah satunya, saat liburan puasa minggu pertama (heran deh, Ramadan gini kok digangguin). Aku menonton acara konser di televisi sekitar pukul setengah sepuluh malam di kamar tidurku. Di antara rendahnya volume suara televisi, aku mendengar sebuah suara berantai.

Tek.. tek.. tek..

Bunyinya seperti tetesan air yang jatuh ke atas wajan, hanya saja terlalu kencang menurutku. Aku menebak sumbernya berasal dari bilik dapur tempat kompor berada. Awalnya kubiarkan saja. Namun karena bunyinya yang berulang-ulang membuatku merasa terganggu, aku pun memutuskan untuk turun ke dapur dan mengecek kondisinya.

Seluruh anggota keluargaku sudah tertidur lelap. Pelan-pelan aku menuruni tangga dalam kondisi gelap. Kucoba menengok keadaan terlebih dulu.

Sepi. Namun suara itu tak kunjung berhenti.

Di malam hari, seluruh penerangan di lantai bawah sengaja dipadamkan kecuali kamar tidur dan hanya menyisakan satu bohlam yang menggantung di tengah rumah dengan daya yang kecil. Suara itu masih terus berlanjut. Entah pergi ke mana semua rasa takutku saat kutekan saklar untuk menyalakan lampu bilik dapur. Dengan gerakan cepat aku mengintip wajan satu-satunya yang bertengger di atas kompor dan kutemukan ternyata isinya.....

Kosong.

Aku bagaikan disengat listrik. Ketegangan mulai menyergapku dan merinding bulu kudukku. Cepat-cepat kutekan kembali saklar lampu dan berjalan cepat menuju tengah rumah. Aku merasakan gelagat aneh, terlebih saat bunyi itu tak lagi terdengar. Susah payah aku berusaha memberanikan diri sambil memandangi sekitar. Setelah memastikan tidak terjadi apa-apa, aku berniat kembali ke atas. Saat melewati bohlam yang menggantung, aku terdiam mengamati. Detik itu juga tiba-tiba cahaya bohlam berkedip-kedip tanpa sebab dan membuatku terkesiap. Astaghfirullah! Apa-apan ini? Sambil gemetar, aku memutar-mutar bohlam untuk memperbaikinya. Setelah usai, aku buru-buru kembali ke kamar tanpa menoleh ke belakang.

Di atas ranjang aku langsung bergumul dengan selimut. Seluruh sarafku melemah. Aku hanya bisa komat-kamit memohon kepada Allah agar terlelap tidur. Tidur. Dan aku pun tertidur.

Puncaknya, kejadian seperti ini terulang kembali saat liburan Ramadan tahun berikutnya. Lagi-lagi berawal saat aku nonton konser di televisi pada pukul sembilan malam lewat. Bedanya aku menonton di ruang tengah sementara ibu dan adik-adikku tidur di kamar samping ruang tengah (ayahku sedang shift malam). Di tengah asyiknya suguhan layar kaca, suara denting sutil beradu dengan wajan mengusikku.

Treek... Treek... Treek...

Aku berpikir, pasti dari arah tumpukan wajan dan piring kotor yang belum dicuci. Aku pun tak menggubris. Seperti dugaanku, bunyi itu berulang terus-menerus.

Habis sudah kesabaran, kumatikan televisi. Aku beranjak menuju kamar dan tentu melewati tumpukan perkakas kotor tersebut. Kupandangi wajan kotor yang penuh diisi air lengkap dengan sutilnya.

Hening.

Aneh, benda tersebut diam tanpa suara seolah tidak terjadi apa-apa. Masa bodo, aku bergegas menuju kamar dan merebahkan diri di atas ranjang. Kemudian suara itu muncul kembali. TUHAAAN… sebenarnya apa yang terjadi?

Oke, ini harus kuselesaikan! Dengan sisa-sisa keberanian yang ada, aku mulai menuruni sebagian anak tangga. Kuintip wajan tersebut, diam tak bergerak. Masih penasaran, aku melanjutkan langkah.

Ketika tinggal dua anak tangga terakhir,

Krieeet.....

Kulihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana WAJAN ITU BERGERAK mundur seolah ada yang menyeretnya! Seketika aku pun bergeming, membatu. Istilahnya dalam bahasa Jawa, ketenggengen. Suaraku pun tercekat di tenggorokan tatkala menyadari sebentuk siluet hitam menyerupai sosok bertubuh tinggi berdiri di dekatnya.

Begitu dapat kukendalikan sarafku kembali, aku berlari secepat kilat menuju kamar ibuku berada. Aku sedikit terisak hingga membuat ibuku terjaga dan keheranan atas tingkahku. Begitu kujelaskan apa yang terjadi, ibu tak memercaiyanya. Barulah esok pagi ibu menjelaskan sesungguhnya kejahilan makhluk-makhluk halus di sekitar rumah yang membuatku mafhum apa yang terjadi semalam adalah salah satu bentuknya. Bahkan ibu sering mendengar langkah kaki dari lantai atas tiap malam selama aku tinggal di pesantren.

Seperti yang pernah dijelaskan dalam film The Conjuring, makhluk harus mendekati kita secara bertahap, yakni infestation, oppression, kemudian possession. Infestation artinya penyerangan, seperti bunyi ketukan pintu atau suara langkah kaki. Sedangkan oppression artinya penindasan, di mana makhluk tersebut berusaha menakut-nakuti kita atau bahkan mencoba memasuki raga. Kemudian possession artinya kerasukan, sebuah kondisi di mana makhluk tersebut akhirnya berhasil menyatu bersama raga.

Apa yang pernah kualami merupakan bentuk infestation. Karena aku berhasil menguasai diri, kecil kemungkinan aku mengalami oppression dan possession. Itulah sebabnya kita dilarang melamun dengan pikiran kosong karena nantinya bisa dirasuki.

Nah, mulai sekarang hati-hati ya di rumah. Terlebih kalau sudah malam dan tinggal kamu sendiri yang masih terjaga. Siapa tau ada yang ingin mengajak berkenalan. Hiiiy!

Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Halloween Tokopedia

34 comments

  1. saya paling takut nonton film horror. Tapi, kata banyak orang film horror buatan kita memang lebih serem :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aah... iya. Lebih serem hantunya. Apalagi hantu di film horor jadul :D

      Delete
  2. Woh, dirimu masih inget tiga istilah "infestation, oppression, and possession" yang ada di film Conjuring itu ternyata, hahaha.

    Menurut saya dhemit di Indonesia sini lebih canggih daripada dhemit asing yang cuma punya hari berkumpul tanggal 30 Oktober. Lha wong di sini saja tiap selasa kliwon dan jum'at kliwon mesti "rame" kok? Tapi hebat juga ya dhemit bisa tahu tanggalan, hahaha. Di alam sana apa ada kalender ya? :D

    Mbok kapan-kapan dirimu cerita rumah Darmo mbak. Pernah ke sana belum toh?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, inget sedikit sih. Terus aku liat lagi dari subtitle di laptop :D

      Yaah... mungkin karena dhemit Indonesia ikut budaya manusianya, yakni 'cangkru'an' dan dhemit luar negri ngikutin manusianya yang suka budaya party :D

      Iya sih pengen sebenernya. Tapi tiap kali ngajak orang ga ada yang mau. Udah ga serem lagi katanya. Lebih sering dipake tempat mabuk-mabukan .-.

      Delete
  3. ngeri banget ya,,,hiii aku takut,,,

    ReplyDelete
  4. Antara serem dan mau ketawa baca tulisanmu... seru nih... semoga menang ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ha? Kombinasi yang aneh :3 Amin ya Allah :))

      Delete
    2. kan ada film serem tapi komedi, kaya film Thailand yg dulu itu..

      Delete
    3. yg ini tambah seyem.. kmu edit lg ya?? :) mantaap (y)

      Delete
  5. mmm... mungkin aku pernah digituin, tapi nggak nyadar hehehe.. biasanya kalau lg nyetrika malam2 di ruang tamu. Banyak bebunyian dari depan rumah (padahal gang sempit), seringnya suara bayi. Pikirku sih mungkin bayi tetangga depan sedang rewel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi, berarti Mbak Riski ini cukup pemberani juga ya. :D
      Hih, serem dong. Apa emang tetangga depan punya bayi?

      Delete
  6. film horor di bioskop ? adrenalinnya gmana ya ? blum pernah nnton di bioskop soalnya, kalo pertama nnton di bioskop mungkin langsung jadi postiingan di blog :v

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oooh belum pernah nonton di bioskop ya? Wiih... menegangkan banget loh. Apalagi kalo filmnya horor atau action. :D

      Delete
  7. ngeri sama film horor!.... apalagi horor film horor versi Indonesia. seremnya suka dibuat aneh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha... iya kalo film horornya Indonesia emang payah tapi setan aslinya mantap! :D

      Delete
  8. waaaah itu beneran ya mak, aku masih engga percaya sih dengan yang kayak gitu.. soal posisi rumah mungkin mak hilda kebawa sugesti bahwa tempat itu serem...
    mudah2an ga ada kejadian kayak gitu lagi ya mak, biar pada nyaman di rumah sendiri

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenernya juga mau ga percaya sih... tapi kalo udah kejadian kaya gini kan.. kan.. tau sendiri kan. :D

      Iya Alhamdulillah udah gak pernah lagi kok. Sekarang kompleksnya rame.. sudah banyak rumah baru dan kos-kosan jadi gak sepi lagi. :)

      Delete
  9. sama say.. aku jg pernah alami yg bgini bgini sih.. kurleb seremnya mirip deh hehehe.. awalny aku penakut, tp krn dulu lumayan sering, lama2 aku cuek skrg, prinsipku walo ada yg aneh, yg penting dia ga ganggu.. keberanian kita memang sbnr nya ga boleh ragu, smoga saya tetap berani.. hahahahha.. jd ngeri mendadak :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. wuhuuu sering? Berarti sudah terbiasa ya... kalo aku mah males membiasakan diri :p
      huhu iya... harus mampu menyugesti diri sendiri yak. :D

      Delete
  10. Kesalahan ! Aku baca ini pas besok dan tiga hati kedepan mau kemah ! Uwoo... Syereeem kaaaaa 👻👻👻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaaaa selamaaat anda kena jackpot!!!
      Selamat bersenang-senang ya :p

      Delete
  11. Sejujurnya daku takut nonton film horror, tapi kalau nggak ditonton penasaran :D
    Nonton Annabelle saja pakai gigit-gigit handuk :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, film horor itu nyenengin banget loh. Buat nantangin diri sendiri :D

      Delete
  12. Jangan pernah takut dengan makhluk halus, utamanya setan dan jin.

    Ya kalau ternyata setelah menonton film horror gitu terjadi kesurupan atau gangguan lainnya.

    Konsultasikan aja sama saya, insya Allah siap bantu dengan terapi ruqyah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaa.. takut sih wajar aja ya.. yang penting gak berlebihan :D

      Delete
  13. wah serem juga ya... untuk yang penulis nya ga serem ... jadi hilang rasa takunya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha, sebenernya pas nulis ini jadi merinding-merinding gimana gitu :D

      Delete
  14. Duh, mana nemu link ini pas tengah malem gini lagi -____-"

    ReplyDelete
  15. Lah. Kampret. Tetiba ada Annabelle. X))

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!