Kilas Balik 12 Tahun Perjalanan Kebab Baba Rafi

Monday, August 17, 2015

Kilas Balik 12 Tahun Perjalanan Kebab Baba Rafi

Aku suka sekali kebab. Beruntung sekali aku hidup pada era sekarang ini di mana kebab sudah menjadi santapan yang begitu populer. Coba kalo aku lahir di jaman penjajahan, boro-boro makan kebab, yang ada mah dar-dor-dar-dor melulu. :D

Aku jatuh cinta kali pertama pada kebab ya... kebab Baba Rafi. Berkat Baba Rafi, aku bisa mencicipi makanan khas Turki ini dengan cita rasa lokal dan harga terjangkau. Sekali gigit, aku nggak bisa berhenti memuji kelezatannya. Waktu itu outlet kebab belum menjamur seperti sekarang ini, sehingga dulu aku rela menjelajahi sudut Gresik untuk menemukan outlet kebab Baba Rafi demi menikmati segulung kebab.

Nah kebetulan di acara Pameran Produksi Indonesia 2015 kemarin ada event bagi-bagi 100 kebab Baba Rafi gratis! Wew, daku nggak mau ketinggalan dong. Udah makanan favorit, dapetnya secara cuma-cuma lagi. Bonusnya, aku pun berkesempatan mengikuti live talkshow bersama salah satu owner Kebab Baba Rafi, yakni Nilam Sari.
*

“The journey of a thousand miles begins with one step.” –Lao Tzu

Mbak Nilam ini perawakannya kinyis-kinyis, lincah ke sana kemari. Senyumnya selalu mengembang membentuk sudut pada kedua ujung bibirnya. Dengan logat medoknya, arek asli Suroboyo ini pun berbagi sejarah panjang di balik kesuksesan nama Baba Rafi.

“Waktu itu saya dan Mas Hendy (Hendy Setiono, red) menikah di usia muda. Sama-sama masih kuliah. Saya di Unair dan Mas Hendy di ITS,” tuturnya. Tak dinyana, Tuhan pun langsung berkehendak memberikan momongan pada mereka. Sejak putera pertama mereka lahir di dunia, sepasang pasutri ini mulai berpikir keras bagaimana caranya bisa bertahan hidup dengan mandiri secara finansial.

“Apalagi ya kebutuhan bayi itu apa-apa mahal. Dan lagi kita ini belum lulus kuliah, mau diterima kerja di mana? Kita berdua butuh pekerjaan yang tidak membutuhkan ijazah sebagai persyaratan.”

Lantas keduanya pun sepakat untuk membuka usaha. Bermodalkan uang tabungan yang didapatkannya dari buwuhan (uang sumbangan pernikahan), mereka pun membeli sebuah gerobak usaha beserta bahan baku dan memperkerjakan seorang karyawan. Waktu itu mereka mencoba peruntungan dengan berjualan burger menggunakan produk dari Bernardi dan usaha ini mereka namakan ‘Yummy Burger’.


Setahun berjalan, usaha mereka membawa keuntungan signifikan. Gerobaknya pun berkembang menjadi 6 buah. Namun kesuksesan itu tidak lah berlangsung lama. Bak negara api menyerang, hadirnya Edam Burger sebagai pesaing baru yang langsung menjamur di mana-mana, membuat pemasukan Yummy Burger mengerucut. Laba yang diperoleh merosot tajam hingga di kisaran 20 ribu rupiah saja! Akhirnya dengan amat sangat terpaksa, usaha Yummy Burger ditutup.

Tips from Nilam:
Simpan uang buwuhan kamu dengan pasangan sebagai investasi masa depan. Siapa tahu kamu membutuhkannya sebagai modal awal membuka usaha mandiri.
*

“When one door closes, another opens; but we oftens look so long and so regretfully upon the closed door that we do not see the one which opened for us.” –Alexander Graham Bell

Kala itu Mbak Nilam benar-benar terpuruk. Tak tahu harus bagaimana lagi. Akhirnya pasangan ini memutuskan untuk refreshing di Qatar sekaligus mengunjungi orang tua Mas Hendy yang bekerja di sana.

Tidak disangka liburan mereka kali ini membawa berkah. Di setiap sudut jalanan kota, di mana-mana mereka sering menjumpai outlet kebab. Outlet kebab ini ya, aroma sedapnya menguar ke mana-mana sehingga mampu menarik perhatian orang lain di sekitar. Selain itu mereka menjual kebab dengan kemasan praktis, sehingga orang tinggal beli dan bawa pulang, terserah mau dimakan kapan saja. Hal inilah yang mengilhami Mas Hendy dan Mbak Nilam sekembalinya di Indonesia.

Mereka ingin mencoba usaha lagi dengan berjualan kebab. Apalagi saat itu kebab belum begitu populer sebagai streetfood sehingga mereka punya peluang untuk menjadi pioneer di Indonesia. Tantangannya, cita rasa kebab asal Turki ini harus disesuaikan dengan lidah lokal agar bisa diterima masyarakat secara luas. Usai mengutak-atik resep dan bereksperimen di dapur, jadilah kebab Turki kreasi mereka sendiri.

Selanjutnya untuk menentukan merk usaha, mereka mengambil contoh yang simpel saja seperti ‘Soto Pak Halim’ sehingga jadinya ‘Kebab Pak Hendy’. Tapi karena dirasa kurang cocok, mereka mengambil nama anak pertama mereka, yakni Rafi. Lebih matching agak ke-Arab-Arab-an gitu. Kata ‘Pak’ pun diganti dengan sebutan ‘Baba’ yang berarti ayah.

“Karena waktu itu Rafi nggak bisa mengucapkan ‘Papa’. Jadi dia manggil ayahnya dengan sebutan ‘Baba’,” terang Mbak Nilam.

Tak mau mengulang kesalahan yang sama di dunia wirausaha, mereka pun mendaftarkan merk dagang dan berusaha melengkapi hal-hal yang berkaitan usahanya. Pada tahun 2003, mereka resmi bertarung di ranah wirausaha.

Awal-awal berjualan kebab yang masih asing bagi masyarakat pun tidak mudah. “Bolak-balik ada orang beli sambil bilang, ‘Mbak, martabaknya satu’. Bahkan sampai ada yang mengira saya berjualan lumpia segala,” imbuh Mbak Nilam sembari berkelakar.


Namun berkat keuletan dan kegigihannya dalam memberikan pelayanan yang terbaik dan terdepan, nama kebab Baba Rafi pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Banyak orang berbondong-bondong ingin mencicipi seperti apa sih yang namanya kebab itu. Respon yang didapat pun amat bagus sampai usaha Baba Rafi berkembang pesat dan beranak-pinak. Dengan sistem franchise murah dan investasi terjangkau, outlet kebab Baba Rafi pun mulai tersebar di berbagai daerah di Indonesia hingga saat ini terhitung jumlahnya tidak kurang dari 1.200! WOW BAYANGKAAAN!

Yap, Baba Rafi yang melegenda kini dulunya bermula dari bisnis gerobakan, investasi murah, namun dapat menghasilkan output sebagai young entrepreneur franchise Indonesia dan semangat local goes to international.

Tips from Nilam:
Selalu beri pelayanan dan kualitas terbaik untuk konsumen. Karena satu konsumen membawa 1000 konsumen di belakangnya. Bila konsumen tersebut puas, maka ia akan mempromosikan jualan kita pada lainnya. Namun bila mengecewakan, bukan tidak mungkin ia pun menyebarkannya.
*

“Failure is simply the opportunity to begin again, this time more intelligently.” –Henry Ford

Yang namanya berbisnis, pasti ada jatuh bangunnya. Begitu pula yang dialami oleh owner Baba Rafi ini. Pada tahun 2008-2009 usaha mereka hampir kolaps. Pendapatan usaha mereka hanya nol rupiah. Pasangan suami istri ini berada di ambang batas, antara berjuang keras untuk bertahan atau merelakan Baba Rafi tinggal sebuah nama. Namun mereka bertekad untuk tidak melepas usaha yang telah mereka rintis selama bertahun-tahun begitu saja. Syukurlah masa-masa krisis itu berhasil mereka lewati hingga mampu mengembangkan sayap lebih luas lagi di berbagai belahan dunia lainnya.


Yap, dengan sistem franchise internasional kini outlet kebab Turki Baba Rafi telah nangkring di berbagai negara seperti Malaysia, Filipina, Srilanka, Tiongkok, Singapura, dan yang terbaru adalah Brunei Darussalam sampai Belanda! Kelebihan kebab Turki Baba Rafi ini bisa disesuaikan dengan citarasa lokal namun tetap mengedepankan kehalalannya. Yayy kalau jalan-jalan ke luar negeri nanti nggak perlu khawatir dong, tinggal cari outlet kebab Baba Rafi beres deh!

Tidak hanya sampai di situ, owner Baba Rafi pun ingin merambah kesuksesan di bidang tempat nongkrong. Didirikanlah Waroeng Mee di Jakarta Pusat yang menyediakan menu kuliner kekinian yang membidik konsumen remaja.

Selain itu untuk mendukung sistem promosinya, Mbak Nilam sadar betul akan pengaruh sosial media dan internet power. Oleh sebab itu Baba Rafi pun aktif di berbagai akun sosial media dan melayani pembelian secara online di www.babarafionline.com . Mbak Nilam pun bersinergi dengan para blogger, netizen dan social media activist guna menyukseskan Baba Rafi dalam soal branding.
*

Dan seperti yang kita ketahui sudah-sudah, dengan berbagi tidak akan mengurangi rezeki. Yang ada malah menjadikannya bertambah. Hal itu pula lah yang gencar dilakukan oleh owner Baba Rafi ini. Ia membuka kelas wirausaha umtuk mereka yang mau belajar membuka usaha dan mandiri secara finansial di Baba Rafi Academy. Top dah!

Yah, usai mengikuti live talkshow ini aku seperti diingatkan kembali bahwa kesuksesan tidak diraih secara mudah, tidak digenggam dengan cepat pula. Karena yang mudah dan cepat hadiahnya ya kipas angin, dispenser, macam dorprize gitu. xD Dan selama ada tekad untuk memulai, insya Allah akan selalu ada jalan. What a really inspiring!

Bersama Mbak Nilam (tengah)

35 comments

  1. Keren udah bisa buka cabang di negara lain

    ReplyDelete
  2. aaaakkh kebayang kebab dicocol sambel.. di Makassar banyaaak banget gerainya senag :D
    suksesss buat kebab baba rafi ^^
    nice posting mbak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuaaah di Makassar udah banyak ya. ^^ Makasih :*

      Delete
  3. mbak Nilam Sari dan suaminya emang hebat ya...salutttt

    ReplyDelete
  4. mantapz, pakai tambahan quote orang2 terkenal segala.. hebat :)

    ReplyDelete
  5. kebab abba rafi juga favorit daku.
    mayonaise nya itu beda sama kebab2 lainnya.
    sukses selalu mbak Nilam :))
    makasih Ikka postingannya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaudah semoga sering dapet kebab Baba Rafi gratisan Mbak xD

      Delete
  6. Sensasi gigitan pas bagian daging kena saos sambel sama mayonaise ituloh :9

    ReplyDelete
  7. Kebab ini ada di Bandung juga gak yah?
    Jadi pengen nyobain :))

    Membangun bisnis memang harus jatuh bangun dulu dan kuat mental yah :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Atuhlah di Bandung pasti banyak Mbak Erry :))

      Delete
    2. Tapi bener loh di Bandung agak susah hahaha :')

      Delete
    3. Ada teeeh... Kebab Baba Rafi di Geger Kalong

      Enaaaak bangetss! Aku beli bolak/i selama di BDG

      Delete
  8. Waktu aku masih tinggal di Depok, Baba Rafi ini terkenal banget..
    Siapa siapa ngomongin..
    Tapi skrg di Purwokerto aku belom pernah nemu :D

    ReplyDelete
  9. Di kota saya belum ada cabangnya -_-

    ReplyDelete
  10. duh,pagi2 dah bikin lidah bergoyang,mana di Siak nggak adddaaaa kebab..adanya di Batam,jadi bener2 dipending deh ngilernya. satu nggak cukup,soalnya enak bangettttt,terakhir beli satu,rebutan sama suami hahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Duh Mbak, beli kok satu. Kesalahan besar ituuu xD

      Delete
  11. Udah 12 tahun ya ternyata, aku baru taunya sekitar 3 tahun lalu.

    ReplyDelete
  12. Ih, di Lampung belum ada yang beginian nih...Keren-keren mba...

    ReplyDelete
  13. Kalo di gresik di daerah mana ya? Soalnya aku nyari kok gak ada....;-)

    ReplyDelete
  14. Aku pertama tau Baba Rafi waktu SMA, ada di Tasik. Di daerah rumahku cukup susah sih, maklum bukan kota. Aku kira yang punya nya laki-laki, ada yang pernah bilang gitu ke aku.
    Ini sih bisa dibilang berkah dari pernikahan juga ya mbak, dengan usaha yang keras dan pantang menyerah :)

    ReplyDelete
  15. postnya keren mbak, aku dulu juga sering beli kebab baba rafi hihi kalo sekarang malah jaraang bgt jajan (--,)

    ReplyDelete
  16. penasaran sama rasanya kebab baba rafi :)

    ReplyDelete
  17. Iya.. Emang enak. Dan murce. Hahaha..

    ReplyDelete
  18. Di tempatku kebab sih udah ada dek, tapi bukan milik Baba Rafi. Kalau aku buka cabang keren nih ya.
    Oya, aku suka ulasannya. Tulisan kamu makin berkualitas Dek.

    ReplyDelete
  19. waaaww artikelnya menginspirasi sekali mbaaak..
    TFS. Mudah2an mbak nilam dan mas hendy makin sukses dan berkah selaluuu ^^

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!