CYBERBULLYING: Jangan-Jangan Kita Pelakunya?

Wednesday, January 3, 2018

CYBERBULLYING: Jangan-Jangan Kita Pelakunya?

Halo manteman semua! Sekilas info, postingan kali ini cukup spesyiel karena dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Cyber. Aku nggak sendiri, melainkan bekerja secara tim dengan 2 temenku. Say hi to Adam and Ferdi! Jujur aku sangat excited dalam menyelesaikan tugas ini karena berkaitan dengan kampanye cyberbullying. Kami harap, kamu suka dan mendukung apa yang kami kampanyekan ini ya. Happy reading!
*

Sebagai kids jaman now atau people nowadays, kamu tentu familiar kan dengan yang namanya ‘bullying’?

Bullying dalam kehidupan nyata sehari-hari, dapat dilihat secara kasat mata bentuknya. Seperti tindak kekerasan fisik, ejekan dan hinaan, sampai perbuatan usil yang kebablasan.

Tapi kalo di dunia cyber? Hmm, bagai kuah cumi hitam ketumpahan susu, jadinya ABU-ABU.
Alias nggak begitu jelas.

Secara singkat, cyberbullying dapat didefinisikan sebagai tindakan atau perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan oleh individu/kelompok secara berulang serta memberikan kesan permusuhan untuk menyakiti atau membuat orang lain tidak nyaman melalui media digital.

Selama ini, mungkin kita tahunya cyberbullying itu ya semacam tindakan bully yang di media sosial. Memberi komentar mengejek dan menghina di akun Instagram orang lain, misalnya. Eh ternyata, cyberbullying nggak cuma sebatas itu lho!


Dalam dunia cyber, semua orang punya peluang yang sama untuk mem-bully dan di-bully. Bahkan mungkin saja secara tidak sadar salah satu diantara kita pernah mem-bully atau di-bully oleh orang lain melalui media digital.

Kamu pernah membagikan video mesum orang lain ke teman-temanmu secara online?

Kamu pernah melakukan twitwar sampai menggunakan kata ‘goblok’ dan menyebut serentetan nama penghuni kebun binatang?

Kamu dan teman-temanmu pernah mengabaikan orang lain secara sengaja dalam suatu grup Line atau Whatsapp?

Itu semua termasuk tindakan cyberbullying. Macam-macam bentuk cyberbullying secara lengkapnya dapat kamu lihat pada infografis berikut ini.



Ada seseorang pernah bilang begini,

Cyberbullying itu kalau aktif. Kalo pasif alias sengaja mancing untuk di-bully, itu bukan cyberbullying sih.”

Wow. Jadi kalo Dijahyellow dan segala tingkah laku ajaibnya itu bikin kita gak tahan mengejek dan mengolok-olok dia, itu bukan cyberbullying namanya?


Begini ya teman-teman, apa pun alasan dan latar belakangnya, tindakan cyberbullying itu nggak dibenarkan.

Ibarat seseorang kepergok nyolong ayam, kita nggak boleh asal gebukin dia kan? Cukup serahkan pada pihak yang berwajib, beres.

Nah, cyberbullying sama seperti itu. Semisal adegan Awkarin pake beha sambil naik kuda di kebun pisang itu dianggap merusak moral anak bangsa, ya solusinya bukan dengan ngata-ngatain Awkarin lah. Melainkan kita imbau dan arahkan anak-anak muda supaya tidak meniru role model seperti Awkarin.


Mungkin di antara kamu ada yang nyamber begini,

“Loh kita kayak gitu kan biar mereka jera!”

Memangnya dengan melakukan cyberbullying, ada jaminan bahwa orang yang dibully akan jera dengan apa yang dilakukannya?

Tuh lihat Awkarin, udah diolok-olok jutaan kali gegara gaya berpakaian yang seronok pun dia masih santai upload foto pakai bikini.

Kalau ingin membuat seseorang jera/menyesal/merasa bersalah, pakai kata-kata dan perbuatan positif toh juga bisa. Lagipula, apa kamu pernah mendapati berita seorang pelacur bertobat setelah dibully keluarganya? Nggak pernah kan?

Malahan gara-gara cyberbullying, korban berpotensi terkucilkan dari masyarakat, minder, tidak mampu bergaul dengan baik, depresi, bahkan sampai melakukan tindakan agresi seperti bunuh diri.

Kamu masih ingat kasus bunuh diri yang disiarkan secara live melalui Facebook? Orang-orang pada saat itu bukannya berempati, malah banyak yang mengejek hingga mendorongnya untuk segera mengakhiri hidup. Akibatnya, orang itu pun gantung diri sungguhan. Beneran miris, kan?


Ada juga Yosafat, bocah SD yang viral karena video amatirnya. Anak usia 11 tahun itu diolok habis-habisan oleh warganet yang menganggap videonya tidak bermutu atau layak ditonton. Padahal Yosafat kan sedang mengembangkan minat dan kreativitasnya. Gimana kalo semenjak itu dia jadi trauma gara-gara cyberbullying?

Mengapa cyberbullying masih kerap terjadi di Indonesia, bisa disebabkan oleh kemajemukan masyarakatnya. Tentu kita tau, Indonesia merupakan negara kepulauan dengan penduduk yang beragam suku bangsa, budaya, ras, dan agama. Perbedaan-perbedaan ini lah faktor penyebab terjadinya gesekan sehingga menimbulkan konflik hingga ke ranah cyber.

Ciri menonjol dari masyarakat majemuk memang seringnya terjadi konflik. Nah konflik yang sering terjadi di Indonesia pun kebanyakan nggak jauh-jauh dari isu SARA. Contoh, waktu Ahok marah-marah menggunakan ayat Alqur’an surat Al Maidah, langsung dikata-katain kafir, cina, dan lain sebagainya. Begitu pula saat seorang publik figur memutuskan untuk berpindah agama, langsung dicerca habis-habisan.


Sedih ya, padahal semboyan negara kita kan Bhinneka Tunggal Ika. Maksud dari semboyan ini adalah untuk bersatu dalam perbedaan. Harapannya, kita dapat hidup berdampingan secara damai seperti konsep multikulturalisme.

Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan (Bennet 1995, Jary dan Jary 1991, Nieto 1992, Watson 2000). Baik perbedaan kebudayaan maupun individual. Multikulturalisme menjadi acuan keyakinan untuk terwujudnya pluralisme budaya, dan terutama memperjuangkan kesamaaan hak dari berbagai golongan minoritas baik secara hukum maupun secara sosial.

Untuk mewujudkan cita-cita multikulturalisme, kita bisa berusaha dengan meminimalisir terjadinya tindak cyberbullying. Berikut hal-hal yang bisa kita lakukan:

✋ Tidak ikut menyebar (share) konten apapun (foto, video, tulisan) yang tidak jelas kebenaran dan sumbernya..
✋ Mencari sumber yang valid terlebih dahulu ketika menerima berita/informasi yang dikirim secara broadcast.
✋ Tidak ikut melihat konten yang sekiranya kurang bermutu dan berbobot.
✋ Tidak membuat opini pribadi yang dapat menimbulkan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat.
✋ Tetap sopan dan santun dalam mengomentari suatu konten di dunia digital.

Selain itu, kami juga berharap pemerintah menggalakkan pendidikan karakter berbasis multikulturalisme bagi segenap anak bangsa Indonesia. Pendidikan mempunyai peluang yang besar untuk membentuk kerpibadian seorang manusia agar perilakunya dapat teratur dan positif serta meminimalisir perilaku negatif.

Idealnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akaliah (aspek kognitif), muamalah (aspek sosial), dan akhlak (aspek perilaku) juga harus semakin baik dan meningkat. Dengan adanya ketiga aspek tersebut dalam dunia pendidikan, diharapkan perilaku seperti cyberbullying minim untuk terjadi.

Akhir kata, yuk bantu kami mewujudkan lingkungan cyber yang ramah dan bersih dari tindak cyberbullying! Kami punya video kampanye stop cyberbullying yang oke untuk kamu tonton dan bagikan kepada orang-orang di sekeliling kamu. Makin banyak orang yang tahu, makin besar peluang untuk meminimalisir tindak cyberbullying.



Say NO to cyberbullying!
-Hilda Ikka dan tim-

9 comments

  1. Iya mbak, cyberbulling makin ngeri aja di negara kita mbk. Makasih sharenya ya mbk, sangat bermanfaat :) salam, muthihauradotcom

    ReplyDelete
  2. Paling gak suka yang moto-motoin orang terus disebar di grup. Tapi jujur sih, aku sendiri masih belum bisa bebas dari perilaku bullying. Suka gak tahan buat gak ngatain, heuheu

    ReplyDelete
  3. Dukuuuungggg...
    Say no to cyberbullying.

    ReplyDelete
  4. semakin dikata-katain semakin tenarlah seseorang. contohnya sosok awkarin ini. benerrrr banget dengan melakukan cyberbullying tidak ada jaminan akan jera atau insaf ya mbaak.. jangan seneng menghina atau mengata-ngatai, lebih baik didoakan saja dan kitanya jangan ikut ikutan.

    ReplyDelete
  5. saluut untuk publik figur yang dihujat tapi nggak nanggepin, kayak att contohnya haha. Lagian semakin rame lapak dia, dia dapat duit dari endorse lah netijen dapat dosa doang kan kalau ngatain.

    Tapi untuk yang mengolok agama saya rasa wajar perlu diluruskan dan ada efek jera agar orang - orang nggak dengan mudahnya mempermainkan agama. ^_^

    ReplyDelete
  6. ya, sebagai people zaman now masih bnyak hal kreatif yg bisa dijadikan viral post

    ReplyDelete
  7. Aaaaak tulisannya baguuus.. Berasa lagi ikut kuliah jugak.. Tulisan ini bikin kita ngaca sendiri.. Aku pun mungkin bisa jadi pelakunya, becanda saat kasih komentar di socmed.. Belum tentu itu dianggap becanda juga ya.. Huhuw..

    ReplyDelete
  8. Dulu2 aku juga pernah ikutan nyindir di medsos ttg tingkah laku aneh bbrp orang. Tp belakangan ini sadar, kalo itu toh sama aja kita melakukan bullying. Orang yg disindir mah ga sadar2, malah makin famous krn kita ngikutin trus yg dia lakuin. Ngapain toh yg begini dikasih panggung. Akhirnya aku stop follow, dan juga bbrp akun gosip yg ga bgs, aku unfollow. Krn g pengen juga ngeliatin yg begitu lagi :(.

    ReplyDelete
  9. Menarik sekali tema campaign cyberbullying ini, kesadaran masyarakat akan hal ini memang harus digaungkan terus-menerus. Saya perhatikan mayoritas pengguna medsos latah, atau mungkin gak merasa tindakan mereka salah...kalau ada project campaign semacam ini japri ya, I will do as a volunteer

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!