Menari dan Kenangan yang Menyakitkan

Monday, August 13, 2018

Photo by Brett Sayles from Pexels
Hai. Kali ini aku kepengen nulis hal menye-menye. Ada yang mau baca gak, ya?

Jadiiii... mungkin banyak yang enggak tahu kalo aku tuh sebetulnya demen ama seni tari. Aku suka lihat orang nari, break dance, begitulah. Saat kanak-kanak aku biasa menonton tari lewat film musikal India, video klip lagu anak, atau pentas 17 Agustusan di kampung.

Kemudian waktu duduk di bangku kelas 2 SD, aku ikut ekskul tari. Zaman itu lagi booming film Kabhi Khushi Kabhie Gham dan soundtracknya yang berjudul ‘Bole Chudiyan’ populer abis.

Nah, di ekskul tari itu aku berlatih tarian Bole Chudiyan secara grup. Nantinya sewaktu acara wisuda sekolah, aku berkesempatan untuk menampilkan tarian ini di pentas bersama 9 orang lainnya.


Aku selalu bersemangat untuk datang latihan. Jarang banget aku bolos atau ngerasa males ke sekolah di hari Minggu. Menghapal gerakan tari itu sungguh menyenangkan buatku.

Tapi..

Seandainya hidup ini adalah dongeng yang biasa kita jumpai di buku cerita, maka aku ini tak ubahnya karakter yang dikutuk. Aku dikutuk tidak memiliki bakat menari (dan menyanyi). Penampilanku di kedua bidang ini sungguh payah. Bahkan ibuku sendiri bilang,

“Gerakanmu itu kaku sekali! Menari kok kaku.”


Jujur aku sedih sih dibilang seperti itu. (Iya, ibuku mah nggak suportif) Tapi mo gimana lagi, aku suka menari kok. Biar pun aku nggak punya cukup potensi, aku suka ngelakuinnya. Jadi yaudah aku berusaha nggak mengindahkan ucapan-ucapan yang seringkali membuatku berkecil hati.

Hingga suatu ketika.

Pasanganku di grup tari Bole Chudiyan ini tidak bisa tampil untuk acara pentas wisuda. Alasannya, karena diminta guru tampil di kegiatan lain. Lalu tebak apa yang terjadi?

Aku dikeluarin dari grup tari secara sepihak dong! Gagal tampil di pentas wisuda yang sudah lama aku idam-idamkan.

Dan keputusan itu dikeluarkan cuma beberapa hari menjelang pentas. Anak SD kelas 2 mana yang nggak sedih dan patah hati diperlakukan seperti itu?


Sampe sekarang aku nggak bisa ngelupain kejadian ini. Sekalipun aku nggak pernah mengingat-ingat, kenangan ini selalu timbul-tenggelam di pikiran. Ya wajar, kenangan dengan ikatan emosional itu biasanya akan terus membekas. Entah sampai kapan.

Tiap kali aku teringat, rasa sedih, marah, dan kecewa bercampur menjadi satu bak bubur ayam yang diaduk-aduk hingga tak karuan rupanya. Seandainya bisa, pengen banget aku kembali ke masa lalu dan mendamprat guru tari sialan itu.


Kenapa sih nggak dibicarain baik-baik? Kenapa sih nggak kasih aku kesempatan untuk berpendapat? Padahal aku nggak masalah lho tampil sendirian tanpa pasangan. Aku pede-pede aja.

Apa karena gerakanku yang kaku? Helloooww, yang kaku di grup tari itu nggak cuma aku seorang! Yang lain juga ada, cuma beruntung aja pasangannya nggak pergi. Hanya karena pasanganku pergi, aku lebih mudah ditendang keluar gitu?

Kalo aku yang jadi guru tarinya, aku bakal lakuin hal apapun supaya muridku mendapat hak yang sama. Satu pentas, ya pentas semua. Kalo yang jadi masalah adalah harus menari secara berpasangan, ya aku yang akan menggantikan. Lagipula itu latihannya hampir setahun lho, yang bener aja keles.

Akibatnya, sewaktu hari pentas wisuda tiba, aku mengurung diri. Nangis (yaiyalah) sesenggukan di bawah bantal. Semenjak itu aku bertekad untuk tidak mengambil ekskul tari lagi.

Yang buatku gak habis pikir, kegiatan ekskul itu kan sebagai sarana untuk menyalurkan minat dan bakat siswa. Bukan untuk menciptakan bibit unggul seperti halnya kelas berbayar, iya kan? Aneh banget deh kalo ada siswa yang nggak mendapatkan kesempatan yang sama cuma karena nggak berbakat seperti yang lainnya.


Lalu, apakah setelah kejadian itu aku nggak pernah menari lagi?

Syukurlah masih. Sempat tampil nari 2-3 kali di pentas 17 Agustusan di kampung. 😂
*

Hmm... setelah menuangkan uneg-uneg lewat tulisan ini, hatiku jadi terasa plong deh. Makasih ya yang udah baca curhatan randomku sampe habis. 😁

Kalo kamu, ada jugakah kenangan buruk di masa kecil? Boleh dong cerita di kolom komentar. 😊

Burn baby burn,
-Hilda Ikka-

10 comments

  1. Kalau aku malah lebih suka lihat orang nari daripada nari.Soalnya gak bisa nari:D hahah, lagi pula aku udah emak-emak masa nari-nari :v heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe ya gapapa toh Mbak, nari salsa tuh bikin langsing 😁

      Delete
  2. Aku gak bakat nari, dilalah anakku kok bisa. Waktu SMA aku nari Melayu di sekolah. Gerakan tari aku udah selesai, tapi musik masih mengalun. Lhaaa aku salah ketukan, dong. Setelah acara selesai, aku kabur gak liat-liat ke belakang lagi qiqiqi.

    Gak usah sedih, Ka. Yang penting kamu gape jadi blogger dan bikin video, kan. Gak semua orang bisa, lho. ��

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya Mbak Haya, disyukuri deh apa yang aku bisa sekarang.

      semoga anakku juga suka menari. Eh sekalipun ga suka, tetep aku les-kan biar tau budaya tari tradisional 😁

      Delete
  3. Bacanya kok ikut sedih yaa.. Mungkin krn kamu msh SD kls 2 itu sih. Aku ngebayangin anakku jadinya.. Kalo dia capek latihan, dan menari adalah hobinya, tiba2 di tendang kluar hanya krn ga ada partner, sedih sih :(. Msh untung itu ga bikin anak kecil jd down seumur2

    Kalo soal nari, aku juga suka mba. Tp beda ama kamu, aku sadar ga bakat dan bdn kaku, makanya ga prnh ikutan. Cm suka nontonnya :D. Kayaknya semua yg berkaitan seni, aku cm sekedar suka, tp ga punya bakat :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya begitulah, wajar yaa sedih

      Iyaa aku juga so far penikmat aja

      Delete
  4. Aku dulu suka banget nari mbak, tapi karena badanku rodo kaku jadi sadar diri semakin gede aku berhenti ikutan nari-nari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku yo sadar diri meski tetep aja rasanya menyakitkan 😅

      Delete
  5. sama mbak aku juga suka nari tapi karena dulu saudara banyak ibu ga punya uang buat ngelesin hiks...tp sekarang turun anak ke 2. dia suka nari dan aku masukin ke sanggar nari.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama Mbakk, keterbatasan ekonomi tidak membuat kita punya banyak pilihan :')

      Alhamdulillah senangnya 😍

      Delete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!