Mengejar Sunrise di Punthuk Setumbu, Kepanasan di Gereja Ayam

Wednesday, October 30, 2019


Aku termasuk salah satu orang yang terobsesi dengan itinerary perjalanan di film AADC2. Secara aku nonton filmnya di bioskop bok, jelas kesannya lebih mendalam. Ibarat napak tilas, pengen ngunjungin tempat wisata dan kulinernya satu per satu sambil mengira-ngira di sebelah mana pengambilan gambar di filmnya.

Nggak lama sekitar 1 – 2 bulan setelah filmnya tayang, aku spontan solo traveling ke Jogja. Dih, mentang-mentang ada uang sisa mantenan, aku main foya-foya aja. Alasan jenuh sampe hiatus ngeblog berminggu-minggu, jadilah aku berangkat.

Muffin ngizinin soalnya aku pergi pake uangku sendiri LOL.

*terus sekarang merana karena udah gapunya duit sebanyak dulu* *ngek*

via GIPHY

Ternyata… kalo sendirian tuh susah ke mana-mana. Nggak ada yang menyemangati. *alesan* Apalagi destinasinya jauh-jauh rupanya. Waktu itu akhirnya berhasil ngunjungi satu tempat, Via Via.

Di Via Via ini sebenernya cuma ada adegan Genk Cinta beli roti. Aku beli lah yang termurah *teteup*, namanya roti seledri. Aih, gak cocok di lidahku rupanya. Hadeeeh rugi.

Akhirnya melipir ke café-nya, malah dapet pengalaman gak enak. 😓

Belum kapok, aku pun ngajak Muffin liburan ke Jogja. Toh kami belum pernah liburan berdua ke sana sebagai suami istri. Yah, anggep aja honeymoon tipis-tipis. Kalo tebal-tebal ya harusnya aku udah bunting sekarang. *APASIHHH

Berhubung Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam berlokasi di Magelang, kami pun bermalam di kawasan Kaliurang tepatnya di Athaya Hotel. Booking via Airy Rooms karena ada kupon diskon BWAHAHAHA sobat irit mana suaranyaaaa?

Demi mengejar sunrise alias momen matahari terbit, kami harus berangkat pukul 3 pagi! Soalnya jarak tempuh dari penginapan ke Punthuk Setumbu itu 1 jam tanpa macet. Kalo ditempuh pas macet ya bisa 1,5 jam. Kebayang kan jauhnya.

Untuk rute, kami mengandalkan Google Maps junjungan kita semua. Akses menuju ke sana jelas kok, seringnya lurussss aja. Alhamdulillah rutenya juga bener, nggak pake sesi nyasar atau mbulet.

Karena jam segitu jalanan masih sepi, banyak-banyak berdoa deh supaya diberi keselamatan. Apalagi pas ngelewatin jalan raya berukuran kecil yang sampingnya perkampungan dengan pohon-pohon besar. Ngeri-ngeri sedap. 😂

Alhamdulillah kami tiba di area pemberangkatan sekitar pukul 4 lebih. Di situ kami parkir motor sembari beli tiket masuk seharga 15 ribu. Sekarang udah naik ternyata, jadi 20 ribu. Ada musala juga, jadi kami memutuskan subuhan dulu.

Kelar salat, aku dan Muffin berjalan naik menuju bukit tempat wisatawan menanti sunrise. Jalannya sedikit nanjak, bagi yang terbiasa mendaki sih pasti kecillll mah. Lha buat aku yang olahraga sering absen? Masih sanggup kok. *shombonk*

Panjang treknya sekitar 300 M, aduh lupa-lupa ingat. Yang pasti gak jauh-jauh banget kok. Di beberapa titik juga ada warung jualan, lumayan kalo mau mampir minum teh anget atau menyantap gorengan.

Nyampe lokasi, suasana udah rame ternyata. Orang-orang udah pada nempel ke pagar pembatas, beberapa bahkan sudah siap membidik dengan kamera dan aneka lensanya. Yah, gak dapet spot buat motret yang cihuy, batinku.



Tapi apa sodara-sodaraaa… sunrise-nya nggak kelihatan gegara ketutup awan mendung! Haiyaaaah, penonton kecewa. Tatkala mentari beranjak semakin tinggi, orang-orang di pagar pembatas perlahan membubarkan diri. Mereka beralih ke spot-spot foto ciamik berikut ini.

Fotonya sok iye, padahal setengah hidup merinding takut ketinggian,



Anyway, orang-orang lokal di sini ramah banget menurutku. Masa aku pas mati gaya di spot foto, diarahin dong. Sambil ngatur pose, katanya, “Biar kayak bocah-bocah yang biasanya ke sini, Mbak.”

Duh! Hahahaha aku kalah gaul sama bapaknya.

Oiya, secara geografis, letak Punthuk Setumbu ini berdekatan dengan Gereja Ayam. Nih kelihatan, aku potret pas sebelum matahari terbit. Namun mon maap nih, aku pilih menghemat energi dengan tidak menuju ke sana dengan berjalan kaki. Soalnya habis dari Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam, kami lanjut ke Borobudur, shayyy!


Setelah puas berfoto ria, kami melanjutkan perjalanan ke Gereja Ayam. Jaraknya nggak seberapa jauh, gak sampai sekilo harusnya. Tapi rute Google Map rada mbulet, untung ada papan penunjuk jalan hingga sampailah kami di area parkir pengunjung Gereja Ayam.

Dari parkiran menuju Gereja Ayam, jalanannya menanjak. Kalian bisa naik Jeep dengan tarif 5 ribu kalo gak salah. Tapi aku dan Muffin pilih jalan kaki, itung-itung bakar kalori.

Beberapa meter sebelum tiba di Gereja Ayam, kami harus membeli tiket masuk seharga 20 ribu/orang. Tiketnya jangan sampai hilang soalnya bisa ditukar dengan menu camilan di kantinnya nanti.

Jalannya lumayan bikin ngos-ngosan. Sambil mengatur napas, kami mencari pintu masuk yang rupanya ada di sisi kanan bangunan. Tampak petugasnya yang masih muda-mudi. Setelah mengecek tiket kami, salah seorang petugasnya yang cewek berjilbab memperkenalkan diri dan menjelaskan sekilas sejarah dan filosofi dari Gereja Ayam.


Dari penjelasan Mbaknya, sebetulnya bangunan ini lebih tepat disebut menyerupai merpati. Namun orang-orang salah mengira sebagai ayam hingga kini lebih populer disebut Gereja Ayam. Fakta lainnya, bangunan ini sebetulnya bukan gereja. Melainkan difungsikan sebagai rumah doa bagi setiap makhluk beragama. Jadi siapapun dapat berdoa di sini, tanpa memandang agamanya.

Cuma menurutku wajar sih kalo orang-orang mengira bangunan ini sebagai gereja. Karena arsitektur bangunannya rada mirip, terlebih interiornya. Di dalamnya tuh ada beberapa lukisan besar yang terpajang. Trus ada ruang tunggu dengan kursi panjang yang mengingatkan kita dengan bangku gereja.


Bangunan Gereja Ayam terdiri dari 7 lantai, dengan puncaknya yakni bagian mahkota. Spot ini merupakan jujugan favorit pengunjung, tapi bayangin naik ke sana duh males banget. Matahari udah semakin tinggi dan hawanya panas pwol! Aku mentok naik ke lantai 2 apa 3 gitu LOL.

Yang aku ingat, lantai dasar tuh desainnya semacam gua. Pencahayaannya remang-remang dan suasananya sunyi, karena diperuntukkan sebagai ruang doa. Terdapat beberapa bilik yang dapat digunakan untuk berdoa secara privat. Epic sih.


Naik ke atas, ada ruang tunggu yang aku bilang desainnya mirip gereja. Trus aku udah lupa nih urutan lantainya. Pokoknya aku njujug ke kantinnya. Nah di sini kita tukar tiket masuk dengan sekotak singkong goreng yang hmmm maknyus tenan!

Singkongnya tuh yang kayak singkong keju empuk gitu, tapi rasanya gurih aja dan enak kok! Aku malah sebel gara-gara ada sekelompok anak muda yang nggak ngabisin singkongnya, bahkan ada yang masih utuh! Mau aku samber eh keduluan ama penjaga kedai wkwkwk.

Serius mending yang nggak tersentuh tadi aku makan ato bawa pulang aja. *lha kok jadi ngomongin singkong*

Kelar makan singkong, kami naik ke bagian atas kantin yang bernama Kedai Rakyat Bukit Rhema. Wow tempatnya cakep sih. Sebenernya aku direkomendasiin buat nyoba menu kopi, tapi saat itu aku lagi nggak pengen. Aku maunya minuman manis biasa. Jadilah aku beli minuman rasa green tea kalo nggak salah, sama roti goreng.


Lhadalah minumannya nggak manis karena kebanyakan air. Mana nggak keaduk sempurna. Harganya sekitar 15 ribu pula, hiks. Aku agak lupa, roti goreng itu aku beli apa bonus dari minumannya ya. Tapi sepertinya bonus sih, jadi yah lumayan.

Kami di situ sebentar, bahkan cuma punya sedikiiit banget foto yang proper. Lha gimana, matahari makin menyengat dan jadi panas rasanya. Mau jelajah lantai lainnya pun nggak minat.

Sebelum benar-benar cabut, sebenernya kami sempat foto-foto di depan Gereja Ayam. Tapi gara-gara memory card rusak, fotonya hilang semua HUHUHUHU. Padahal banyak foto keceku di situ pas di kedai-nya hiksssss.

Akhir cerita, Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam ini wajib kunjung! Minimal sekali seumur hidup lah dan jangan ke sini sendirian. Kudu ada temennya biar seru! Etapi nggak ramah anak ya. Kecuali anaknya udah tahan banting hehe.

Ada keinginan balik lagi nggak? Hmmm, mungkin untuk ke Gereja Ayam. Tapi selain itu aku harus ada destinasi lain biar nggak jauh-jauh ke Magelang cuma buat ke Gereja Ayam Bukit Rhema. Ada rekomendasi wisata di Magelang kah? Tell me!

Yuk piknik yuk,
-Hilda Ikka-

Punthuk Setumbu
HTM Rp20.000/wisatawan lokal, Rp50.000/wisatawan mancanegara.


Gereja Ayam Bukit Rhema
HTM Rp20.000,-

9 comments

  1. Jadi pengen tahu pose bocah-bocahnya kayak gimana? Hahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang lagaknya ala-ala membelakangi kamera itu loh Mbak 🤣

      Delete
  2. Eh jadi pengeeen. Baru sekali nyoba motoran Kebumen-Jogja berdua suami ternyata nagih. Tadinya ngira bakalan encok tapi enggak loh, hahahaha. Mau ajuin ah, kali aja doi acc buat ngrayain anniv Desember nanti ;p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah asek banget nihhh buat pacaran berdua. Cussss Mbak 😁

      Delete
  3. Hihihi
    Penuh perjuangan dan dukacita banget perjalanan ini ya mbak ika

    Aku jadi pengen deh ke Gereja Ayam ini
    Famous banget kayaknya, di banyak blog pernah dibahas

    Hayooo semangat nabung lagi biar bisa honeymoon tipis-tipis part 2
    Hahaha

    ReplyDelete
  4. Mbak, suaminya eksis juga ya fotonya?? Apa ini karna mbak paksa??

    Wkwkwkwk


    Gw kalo lagi poto pasti diomelin: Sayang, gaya dong ! Kaya anak jaman now ituhh !!!


    Dan gw pun bingung gimana poto anak jaman now -___-'

    ReplyDelete
  5. Wah tempatnya udah semakin bagus, terakhir kesini tahun 2015

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!