Jalan Kaki Ngos-Ngosan dan Keringetan di Bukit Campuhan - Ubud (Bali)

Wednesday, November 8, 2017

Bukit Campuhan yang punya nama beken Tjampuhan's Sacred Hills ini merupakan arena favorit untuk trekking, jogging, dan cycling lho. Oleh karena itu ia juga biasa disebut Campuhan Ridge Walk.
*

Are you ready for the next story?

Setelah pegel nulis sebanyak 7 halaman Ms. Word tentang petualangan nyebrang ke Pulau Dewata, kali ini aku mo posting yang rada ringan ah.

Baca: Perjalanan ke Bali: Dari Naik Kereta Api, Bus, dan Berakhir dengan Uber!

Sebetulnya aku mo nulis review tempat menginapku selama tinggal 7 hari di Ubud. Tapiii kemudian aku iseng bikin polling di IG story tentang topik apa nih yang enaknya diposting duluan: trekking di Bukit Campuhan ato review hostel? Ternyata 54% voters memilih Bukit Campuhan. Maka sebagai konten kreator yang budiman dan bertanggung jawab, ya tentu aku tepati dong.

Bukit Campuhan masuk ke dalam daftar tempat yang harus aku kunjungi selama di Ubud. Bukan apa-apa, tapi aku emang penasaran sebagus apa sih tempatnya. Di samping itu, aku sering banget mendapati paket cycling tour Bukit Campuhan di selebaran-selebaran promo wisata Ubud. Dan ya, berdasarkan informasi yang aku baca, Bukit Campuhan ini emang populer sebagai arena jogging, trekking, hingga cycling.

Sebagai makhluk yang jarang (ato bahkan nggak pernah) olahraga, jelas tujuanku ke Bukit Campuhan untuk trekking. Jangankan jogging, ngangkat paha sendiri aja rasanya berat. Apalagi cycling? Bisa ngguling sewaktu ngayuh ke atas. :v


Well, kalo ke sana sendirian kan gak asyik ya? Makanya aku beruntung banget temen-temen volunteerku menyambut antusias rencana ini. Pilihannya mau ke sana pagi atau sore? Kami pun memilih pagi karena badan masih seger. Kalo sore takutnya banyak yang mager LOL. So, kami sepakat bahwa selambat-lambatnya pukul 5 pagi udah harus berangkat. Syukur-syukur bisa menikmati sunrise setibanya di sana.

Rombongan trekker terbagi menjadi 2 kubu: Kubu Utara dan Kubu Selatan. Sebenernya ini cuma soal penginapan yang terpisah jauh sih haha. Aku beserta 3 cewek lain termasuk dalam Kubu Selatan karena penginapan kami berada di jalan Monkey Forest (area bawah). Sisanya menginap di penginapan yang berada di jalan Raya Sanggingan (area atas).

*

Esoknya, aku dibangunin oleh Nana, hostelmate-ku yang bed-nya hanya berjarak 3 langkah dari bed-ku. Begitu sadar, aku langsung nyamber hape dan kaget dong soalnya udah jam 5 lewat! Cepet-cepet aku tengok suasana di luar hostel.

Oh syukurlah masih gelap, walau aku tau sebentar lagi fajar akan menyingsing. Selanjutnya aku, Nana, dan Laras bergegas mempersiapkan diri. Sementara Oliv yang tinggal di bangunan terpisah udah siap sedari tadi, menunggu di teras hostel.

Karena menurut kami daerah Campuhan itu gak jauh-jauh amat dari penginapan, kami pun jalan kaki menuju ke sana. Hmm enak juga jalan-jalan pagi menyusuri jalanan Ubud. Udaranya masih sejuk, toko-toko pada tutup, dan cuma ada 1 -2 kendaraan yang melintas. SEPI BANGET! Suatu pemandangan yang mustahil aku temukan pada pukul 8 pagi ke atas.


Sebagai orang yang gak terbiasa jalan kaki lebih dari 10 menit, perjalanan dari hostel menuju starting point Bukit Campuhan ini buatku mayan jauh. Bener aja, lha wong jaraknya sekitar 1 kilometer lebih. Apalagi kami sempet kebablasan karena gak ngeliat plang atau penanda apa pun yang menunjukkan arah ke Bukit Campuhan.

Yes, kami mbablas ke area jembatan yang lokasinya berdekatan dengan resto fine dining kondang--The Bridges. Sebenernya spot ini cucok meyong untuk feed instagram. Berhubung penampilanku lagi kucel, aku ora minat blas buat pepotoan narsis~

Gembok cinta privilege-nya pengunjung resto BRIDGES.

Untungnya kami semua menyadari bahwa jalan menuju Bukit Campuhan gak bakal melewati batas jembatan. Buru-buru langsung cek Google Map dan tuh kan, kami kelewatan 200-an meter. Aaargh aku gak relaaa, kembalikan tenagaku untuk 200 meter yang sia-sia!

Kami kembali jalan kaki menanjak naik sampe di titik lokasi depan IBAH Villas & Suites. Bener aja, di penandanya ada ukiran 'Going to the Hill' dengan anak panah yang mengarah ke jalan setapak di sampingnya. Alhamdulillah akhirnyaaaa..... *nangis sujud syukur*

credit pic: Asia Web Direct

Sementara itu di grup Whatsapp yang berisi sekumpulan volunteer muda dan berbahaya, pada rame update posisi masing-masing. Rupanya Kubu Utara udah sampe duluan! Sial, Kubu Selatan aja baru nemu jalan yang bener. Eh gataunya mereka mah naik motor dari penginapan ke starting point Bukit Campuhan. Curang mah itu. 😑😑

Jalanan setapak menuju Bukit Campuhan ini mayan berliku, Gengs. Ternyata di area starting point, ada lahan yang cukup untuk memarkir beberapa motor. Ealah ternyata emang ada sekolah kecil, SMK gitu. Trus ada warung kecil di seberangnya, namun tutup karena yaiyalah masih subuh.

Beberapa puluh meter ke depan jalan setapak berganti dengan anak tangga yang kudu dilalui hati-hati. Licin dan berlumut soalnya! Mana di bawahnya ada sungai dan bebatuan gitu, serem dong kalo kecebur. Kami sempat berpapasan dengan bapak-bapak bule dan bertanya untuk memastikan bahwa kami mengambil jalan yang benar. Ternyata betul kok.

Untung anak tangganya sedikit sehingga kaki kami kembali memijak jalan setapak. Di area ini juga terdapat sebuah pura, namanya Pura Gunung Lebah. Dari papan petunjuk yang berdiri di depan pura, kami jadi mengerti bahwa Bukit Campuhan termasuk area sakral sehingga ada beberapa peraturan yang kudu dipatuhi.



Menurut papan tersebut, Bukit Gunung Lebah atau yang lebih populer dikenal sebagai Bukit Campuhan ini, ada kaitan sejarahnya dengan perjalanan suci RSI Markandya. Kalo aku baca dari sebuah sumber di internet, katanya orang ini yang 'babat alas' dan membuka perkampungan di Ubud untuk kali pertama. Kemudian dibangunlah pura ini. So yeah, Pura Gunung Lebah bisa dibilang pura pertama yang didirikan di Ubud.

Oya sejak di starting point, area ini dikelilingi oleh aneka pohon dan tumbuhan yang tinggi menjulang ke atas. Ijo-ijo asri dan adem liatnya! Uww suatu keputusan yang tepat buat dateng ke sini pagi-pagi.

Wisata Bukit Campuhan ini juga populer dengan nama Campuhan Ridge Walk. Jalur trekkingnya sendiri udah berupa kotak-kotak aspal (atau batu?) sehingga memudahkan para pejalan kaki atau pesepada melintas di kala sekelilingnya basah ataupun becek. Lebar lintasannya sekitar 1,5 meter.


Namanya juga bukit, jadi jalannya dikit-dikit nanjak naik, dikit-dikit nanjak turun. Belum dapet 1 km napasku udah tersengal-sengal. Keringatku nggak lagi muncul berbulir-bulir, melainkan mengalir deras bak kucuran hujan. Aku akui tubuhku juga sedikit gemetar. Ini semua akibat dari JARANG OLAHRAGA! *sodorin cermin* *ngomong ke diri sendiri*

Aku dapati Laras dan Nana udah hilang dari jangkauan mataku. Oliv bisa mbarengi aku karena sibuk cekrak-cekrek padahal aku tau tenaganya fit sekali. Berulang kali dia menyemangati aku, "Ayo.. ayo dikit lagi!"

Dan bener, beratus meter kemudian kami tiba di puncak bukit atau yang biasa disebut sebagai 'Tjampuhan's Sacred Hills'. Di sana sudah ada anak-anak Kubu Selatan yang menanti kami untuk.... apalagi kalo bukan foto-foto.


Well, kamu bisa liat my freaking expression sehabis bawa badan sendiri sejauh hampir 2 KM! (kan dihitung sejak jalan kaki dari hostel)



Betewe aku nggak kebagian sunrise setibanya di puncak. Soalnya waktu sunrise aku masih berjuang supaya gak tumbang di tengah jalan LOL. Tapi aku sempet mengabdikan momennya sih (alias sunrise telat) yang harusnyanya gak jauh beda dengan hasil yang diambil dari Tjampuhan's Sacred Hills.


Menurutku, Bukit Campuhan ini panoramanya biasa aja sih. Soalnya dulu pas SMA aku pernah tinggal di pesantren yang lokasinya berada di kaki gunung Welirang. So, pemandangan sawah ijo-royo bukanlah hal yang menakjubkan buat aku. Gatau kenapa orang bule suka ke sini. Mungkin karena di daerah asalnya, sawah merupakan hal yang langka? 😂

Namun harus aku akuin kalau jalur trekkingnya cucok meyong buat pemula. Trus pemandangan ijo-ijonya lumayan memanjakan mata. Oya di sisi kanan-kiri jalur trekking ini udah berupa jurang/dataran yang merosot ke bawah. Jadi kudu hati-hati, jangan main gobak sodor di sini. :|

Karena jalur trekking Bukit Campuhan nggak sepanjang yang kami kira, perjalanan pun lanjut ke atas menuju perkampungan penduduk. Nggak ada tujuan pasti sih, jalan-jalan aja. Ujungnya, kami berakhir di Karsa Cafe yang memiliki beberapa gazebo. Mumpung masih tutup, kami memanfaatkan gazebo mereka untuk beristirahat.

Di sisi Karsa Cafe, terhampar sawah hijau dengan padi-padi yang beranjak menguning. Dengan sigap, Cenna sebagai pengabdi konten sejati pun menyusuri sawah untuk menemukan spot foto. Trus aku ikut-ikutan dong biar gak kalah heitzzz!

THANK YOU LARAS FOR CAPTURING ME 💖

Kelar mengumpulkan sedikit energi, kami pun balik ke bawah. Meski matahari beranjak makin tinggi, rupanya tidak menyurutkan jumlah orang-orang yang datang. Beberapa datang berombongan, ada juga yang berdua maupun seorang diri. Aku bolak-balik dibikin takjub oleh bule-bule lansia yang JOGGING, bukannya jalan kaki. Aku... aku merasa cemen. :(

Etapi kok gak ada satu pun yang bersepeda ya? *heran*

Oyah, di salah satu sisi jalur trekking ada ayunan pohon nih. Temenku Laras langsung cuss naikin ayunan sambil minta dipotret. Wah kece juga, aku mau juga lah. Mirisnya, begitu aku duduk di ayunan, dahannya langsung bungkuk dan pohonnya bergoyang-goyang. Ngece abis gak tuh, ampe diledekin temen-temen LOL.

Kalo cuma dipandang dari foto sih ayunannya terlihat biasa. Padahal tuh ayunan langsung menghadap jurang, jadi pas diayun sensasinya wowww luar biasa! Banyak-banyak baca ayat suci biar selamet!

Dan alhamdulillah aku masih selamet, begitu pula ayunannya. LOL

THANK YOU CENNA FOR CAPTURING ME 💞💞
Yah, emang beda sih :(

Portrait diriku di ayunan diabadikan oleh Cenna pake Fujifilm X-A3, mantep gila bagusnyaaaa. Ini Cenna jago motret, angle-nya luar biasa plus kameranya kece juga. Oke fix aku iri. 😭

Sesampainya di starting point, kami pun berpisah sesuai kubu masing-masing. Enak banget Kubu Utara tinggal cuss ke penginapan naik sepeda motor. Lha kami Kubu Selatan? Kudu jalan kaki menanjak naik untuk balik ke penginapan, huwaaaaa....

*

So far, ini jadi pengalaman yang berkesan buatku (walau belum cukup untuk memunculkan hidayah supaya rajin berolahraga). Wow banget lah, total perjalananku dari hostel sampe Karsa Cafe pulang pergi tuh sejauh 6 KM! UWOOOO I DIT IT I'M SO PROUD! *sombong*

Serius deh, lha wong jarak hostel - starting point Bukit Campuhan itu 1 KM lebih dikit kok. Trus dari situ ke Karsa Cafe berjarak 2 KM. Belom yang acara nyasar ke The Bridge (tetep diungkit). So yeah, I deserved more food after that NYAHAHAHA. *gak jadi kurus*

Sedikit tips: bawa air mineral sendiri ya karena di sepanjang jalur trekking gak ada warung sama sekali. Adanya cuma di starting point dan di perkampungan, itu pun waktu subuh belom ada yang buka.

Next kalo ke Bukit Campuhan lagi, aku mo nyoba sepedaan ah. What do you think? 😆

Hosh hosh,
-Hilda Ikka-

16 comments

  1. ya gitu.. olahraga.... mwahahahahahaha :D

    ReplyDelete
  2. Mbak ika masih mending gitu ya masih ttp bisa , kalau macam aq pemalas bgd olahraga minta pulang palingan. Aq ke Bali blm pernah ke Ubud. Cantik bgd landscapenya . Itu foto2 ayunan kerennnnnnn bgd 😍 Ke situ bisa gak pake motor ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo aku saking ada temennya rame-rame Mbak 😂

      Ke Bukitnya? Bisa sih kalo masuknya lewat perkampungan, beda jalur. Tapi kurang tau kalo di Google Map nya.

      Delete
  3. Aku naksir topimu, beli dimanaa?

    Sama ngelilingin Jatim Park 2, lebih capek mana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beli di Miniso dong Mbak 😂👌🏻

      Kalo di Jatim Park 2 capeknya gak langsung kerasa karena kan banyak tempat duduk + bisa ngemil ato apa lah. Lha ini jalannya nanjak 😂😂

      Delete
  4. kalau jalan jauh tp lingkungannya asri sih gak kerasa capai ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hhh kerasa sih, yang bikin gak kerasa soalnya rame-rame 😄

      Delete
  5. Dari bayi aku belum pernah ke Bali. Suka ngiri kalo ada yg posting tulisan trekking di Bali. Seru banget yoo, kapan aku mrunu rek? 😂

    ReplyDelete
  6. Keren banget balinya. apakah aku juga bisa pergi ke bali yach.

    ReplyDelete
  7. Kamu bilang trekkingnya kanan kiri udah jurang Ka, mungkin sedap-sedap ngeriii jugak kalo sepedaan di situ :)))))

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!