Mengajarkan Budaya Beberes: Bereskan Sendiri Sampahmu

Monday, February 11, 2019


Pernah gak sih kalian waktu di resto fast food/food court sebenernya ngincar suatu meja tapi gak bisa duduk di situ karena sampahnya numpuk? Apalagi kalo pas rame-ramenya sehingga nggak ada pilihan lain dan mau gak mau duduk di meja yang belum dibersihkan. Coba orang yang sebelumnya nempatin meja itu membereskan sampahnya sendiri, tentu hal ini nggak akan terjadi.

Apa? Beresin sampah sendiri? Kan udah ada karyawan/cleaning service. Ngapain sih kita repot-repot? Enak aja dong mereka dibayar tapi enggak kerja.

Mungkin banyak yang belum pada tahu kalo resto fast food dan food court itu konsepnya self-service. Di sini self-service dalam artian kita bawa sendiri pesanan kita dari kasir DAN BERESIN SENDIRI bekas makanan/sampah kita. Oke beberapa vendor mungkin masih mengantar pesanan ke meja. Namun untuk sampah tetap sama, KITA SENDIRI yang membuangnya.

Aku sendiri baru tahu akan hal ini dari postingan blog Mbak Icha yang ini – Ayo Jadi Agen Perubahan! Selesai makan, beresin piring dan segala sampah bekas makan kita, taruh semuanya di atas nampan, kemudian TARO SENDIRI DI TEMPAT PIRING KOTOR.

Di resto fast food macam McD, KFC, Burger King, Carl’s Jr, dll tempat piring kotor berupa kayak lemari kecil. Biasanya ada di deket wastafel/toilet. Pintu lemarinya kalo dibuka langsung keliatan tempat sampah yang udah dilapisin plastik. Buang sampahnya ke situ lalu taruh nampan/piring kotor di atasnya.

Kira-kira begini lah bentuknya. [1]

Kalo di food court, taruh aja di atas troli piring kotor. Kayak gini penampakannya kira-kira.

[2]
Atau kalo berupa minuman dengan wadah sekali pemakaian, yaudah langsung aja buang ke tempat sampah.

Seharusnya ya beberes setelah makan di resto fast food dan food court nggak usah dianggap sebagai beban. Bukankah kalau di rumah sehabis makan kita terbiasa membereskan piring kotor ke tempat cucian/wastafel? Nggak kemudian digeletakin begitu aja kan? Bukankah itu sudah menjadi manner dan kebiasaan?

Begitu pula di resto fast food dan food court, tanggung jawab kita cuma beresin piring kotor + sampah ke tempatnya kok. Sesederhana itu. Enggak disuruh cuci piring! Sedangkan di rumah bisa jadi peraturannya siapapun yang selesai makan harus langsung mencuci peralatan yang dipakai.

Jadi ini tuh bukan alibi ‘pemangkasan biaya operasional’ karena pada dasarnya konsep resto fast food /food court ya begitu. Hanya karena budaya di Indonesia yang tiap makan di luar kudu dilayani seluruhnya, jadi (dianggap) lazim karyawannya yang ngeberesin.

Sementara kalo di food court, jumlah petugas kebersihannya nggak sebanding dengan jumlah pengunjung. Apalagi kalo pas weekend, kan ampun-ampunan tuh ramenya.

Trus kalian pernah gak sih makan di resto fine dining gitu? Biasanya di struk ada service charge-nya. Ya, selain pajak restoran 10%, pelayanan mereka juga ada ongkosnya. Coba kalo di resto fast food/food court, nggak ada service charge-nya kan?

Lho tapi selama ini tiap makan di luar (yang tidak ada service charge), sampahnya selalu diberesin kok sama pegawainya. Bisa jadi ‘ongkos’nya udah dimasukin ke harga menu. Atau sengaja ‘nggak ada ongkos’nya untuk menekan biaya operasional.

Namun toh nggak ada salahnya kan meringankan pekerjaan mereka. Terlebih tugas mereka nggak hanya beresin piring kotor lho, melainkan juga lap meja, bersihin kaca, hingga ngepel lantai.

Di tempat makan yang bukan fast food/food court, kita bisa bantu pekerjaan mereka lebih cepat dengan menumpuk piring dan gelas kotor kita. Budaya ini udah dikampanyekan melalui gerakan #TumpukDiTengah. Coba deh tonton videonya. Di situ ada testimoni pelayan yang merasa amat terbantu berkat gerakan #TumpukDiTengah, terlebih bila resto sedang rame-ramenya. Bahkan, mereka pun merasa lebih dihargai.


Melalui budaya beberes, sebetulnya secara nggak langsung kita turut berbuat baik pada pengunjung lain juga lho. Seperti yang sudah kusebutkan di awal tulisan, kadang pengunjung terpaksa duduk di meja yang penuh sampah/bekas makanan pengunjung sebelumnya. Dengan membereskan sendiri bekas makanan dan sampah kita, maka akan memudahkan pengunjung baru untuk menempati kursi dengan meja yang bersih.

Atau kalau di rumah makan/resto, kita bisa tumpuk piring dan gelas kotor supaya pelayan bisa lebih cepat membersihkannya. Tumpuk dengan benar ya. Sampahnya jadiin satu dan taruh di wadah paling atas. Jangan asal main tumpuk aja. Tetep jorok soalnya. :(

^TAMBAHAN^
Aku dapat masukan dari dosenku. Ternyata di beberapa restoran, pegawainya sebel kalo pengunjung menumpuk peralatan makannya sendiri. Soalnya kan mereka punya standar table manner tersendiri. Biasanya sih di restoran mahal/resto fine dining yang menetapkan service charge. Jadi solusinya kalo makan di restoran semacam itu gak perlu ditumpuk. Cukup beresin aja sampahnya jadi satu wadah biar nggak terkesan jorok lah.

Intinya gerakan #TumpukDiTengah kudu liat tempatnya juga. Kan ada tuh tempat makan yang peralatannya bukan sekadar piring, misalnya hotplate. Ya jangan ditumpuk kalo yang begitu.

Oya, budaya beberes ini berlaku juga untuk sampah yang kita hasilkan di bioskop. Apalagi kalo sampahnya dari makanan/minuman yang kita beli di luar bioskop. Keterlaluan deh kalo nggak mau buang sendiri sampahnya.

“Lho, ngapain sih kita kudu buang sampah sendiri? Kan ada petugas yang bersihin.”

Iya memang ada, tapi waktunya terbatas banget. Pernah ada yang share pengalamannya soal ini, baca aja – Pengalaman di Bioskop

Mungkin sebagian di antara kita ada yang keukeuh, “Lho gak mau tau pokoknya itu kan udah tugasnya si pelayan/petugas kebersihan.”

Yaudasih, silakan aja. Toh dunia ini emang nggak 100% isinya orang baik.

Aku pribadi berusaha mencontohkan budaya beberes ini ke temen-temenku. Awalnya mereka heran ngapain sih harus diberesin sendiri, kemudian ya aku jelasin alasannya. Nggak gampang emang. Seringnya ya mereka tetep cuek sehingga aku seorang yang beberes. Pas aku beresin punya mereka, ada yang bilang,

“Duh biarin lah. Ngapain kita repot-repot beresin. Enak dong pegawainya dibayar tapi nggak kerja.”

JLEB! Di situ aku merasa sedih. Ya sedih aja kenapa punya temen kayak gini 😭😂 wkwkwk.

Pernah nih kejadian aku nongkrong ama temen-temen di kafe murah meriah gitu. Nah waktu itu aku bawa oleh-oleh soalnya habis bepergian dari suatu tempat. Sebagian oleh-oleh sama temenku dimakan di situ. Jelas menghasilkan sampah dong ya, jadi aku imbau mereka buat beresin sampahnya. Eh nggak digubris, malah masih ada yang ngomong,

“Halah biarin, nanti kan diberesin sama Mbak-nya.”

Wow, sampah punya kita napa kudu orang lain yang beresin. (( LAGI JULID ))

Tapi tenang, banyak juga kok teman-temanku yang ikut tergerak sewaktu aku beresin sampah sendiri. Kalo begini aku merasa terharu beneran loh. Buat teman-temanku yang seperti ini, percayalah pada saat kejadian, dalam hati akutu bangga sama kalian lho.

Jadi, kalo kalian emang nggak mau beresin ya lebih baik diam. Jangan bilang “Ngapain kita repot-repot beresin, enak dong pegawainya dibayar tapi nggak kerja” atau semacamnya. Karena omongan kayak gitu sesungguhnya mencerminkan diri kalian yang bermental majikan, yang apa-apa minta dilayani, dan nggak mau rugi.

Lah, apa sih ruginya berbuat baik itu? *mikir

Padahal ya sebenernya budaya beberes ini bisa jadi ladang sedekah. Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda: “Kamu menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah bagimu.” (HR. Bukhari). Apalagi meringankan pekerjaan dan membantu sesama, bisa lah ya. Lagipula di luar konteks agama, bukankah hidup jadi lebih indah dengan tolong-menolong?

Pernah nggak sih kalian dimudahkan dalam suatu pekerjaan? Kalo pernah, pasti senang dan merasa terbantu kan? Begitu pula yang dirasakan oleh pelayan/petugas kebersihan tatkala kita meringankan pekerjaan mereka.

Jangankan di resto fast food/food court, habis makan di kantin pun piring kotornya langsung aku serahin ke Mbak-nya. Aku sadar betul kantin kampusku itu kecil, mejanya cepat penuh. Kadang yang ngelayanin belum sempet beresin meja sedangkan pelanggannya udah pada nempatin bangku.

Yuk biasakan beberes tiap kali usai makan di luar. Buang sendiri sampah kita, taruh piring kotor pada tempatnya. Kalau tidak ada tempat menaruh piring kotor, tumpuk di tengah ya. Atau jangan sungkan untuk langsung serahkan ke petugasnya.

Ayo gencarkan budaya beberes karena memang sudah seharusnya begitu. 😊

Jadi lebih baik,
-Hilda Ikka-

Sumber Gambar:
[1] https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/01/16/48308-membereskan-sisa-makanan.jpg
[2] https://s3.bukalapak.com/img/8576801935/w-1000/Clear_Up_Trolley__Troli_Piring_Kotor.jpg

5 comments

  1. Haloo, Mba Hilda! Salam kenal.

    Jujur aja, aku baru ngelakuin tumpuk di tengah baru-baru kali ini. Bukan karena gengsi, tapi kayak baru nyadar "oh iya ya, cara ini akan memudahkan pramusajinya."

    Tapi tadi baca ternyata gak semua resto suka ditumpuk di tengah yaa. Haha. Jadi, jangan karena semangat pengen numpuk, eh marah ngerusak SOP mereka. :D New insight for me. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mbak Nia, salam kenal juga 😀😀

      Ahaha tidak ada kata terlambat kok.
      Iya aku aja kalo gak dikasih tau dosenku ya gak tau. Itulah manfaatnya sharing, sekecil apapun selama bermanfaat ^^

      Delete
  2. Hai Mbk, aku suka artikelnya, soal menumpuk di tengah ini perlu ya dishare biar orang saling bantu dan enggak males membantu beberes usai makan, pramusaji pasti sangat terbantu sekali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, pelanggan yang baru datang juga terbantu banget karena gak bikin mereka duduk di meja yang penuh kotoran dan berantakan

      Delete
  3. aku pun sekarang mencoba hal yang sama, sekarang kalau habis makan coba buat numpukkin piring ditengah, awalnya malu sih, tapi pas dipikir2 lagi ngapain malu...

    ReplyDelete

Hai, terima kasih sudah berkunjung dan membaca! Tinggalkan komentar yang baik dan sopan ya. Untuk saat ini, komentar saya moderasi dulu ya. Saya suka baca komentar kalian namun mohon maaf saya tidak selalu dapat membalasnya. Untuk berinteraksi atau butuh jawaban cepat, sapa saya di Twitter @hildaikka_ saja!