Kalo Jodoh, Takkan Kemana

Friday, July 25, 2014


Eaaa, masih ingat dengan postinganku yang berjudul BaladaKetemu Idola? Sempet loh jadi popular post nomer satuku sampai akhirnya harus tergerser di posisi kedua oleh postingan yang kuikutkan GA *yang pada endingnya aku gak terdaftar sebagai peserta….ngenes! T^T

Okey, berhubung kemarin adalah tanggal 22 Juli yang tidak akan aku kaitkan dengan hasil pilpres ataupun skandal lepas hijabnya Marshanda, aku bakal cerita mengenai hadiah ulang tahun terindahku pada usia ketujuh belas. ^^

Thanksgiving for 19th

Monday, July 21, 2014


“HBD Kawaann… barakallah fii umriik. :D”
“Ika, selamat ulang tahun… semoga barokah usianya, dimudahkan jalan menuju cita-cita, selalu dalam lindungan Allah. :))”
“Happy birthday Ika… Semoga makin menjadi insan yang lebih baik di bulan yang penuh barokah ini dan tetap langgeng terus hehe”
Ucapan dan doa dari kawan, kerabat, dan orang terdekat terus membanjiri inbox sms, chat BBM, serta social media. Aku senang sekali mendapat ucapan sebegitu banyaknya karena hal itu menandakan masih ada yang peduli dengan ulang tahunku meskipun berkat reminder social media. :D Soalnya ada loh, ada orang yang kuharapkan tapi belum pernah sekalipun memberikan ucapan untukku padahal jelas-jelas ia sedang online! (╯҂ ‵□′)╯

Wishing List of Receh untuk Buku

Thursday, July 17, 2014


By the way, aku ikutan challenge ‘Receh untuk Buku’ di blog-nya Maya Floria Yasmin. Lumayan lho, challenge ini memberiku solusi mengenai belanja buku yang sudah tidak ada lagi anggarannya semenjak kuliah. Dulu sewaktu masih SMP, aku punya penghasilan 50 ribu per semester tiap kali dapat peringkat. Saat SMA meski tak punya peringkat, aku masih punya sisa-sisa dikit lah dari uang saku ditambah penghasilan dari jualan bross saat kelas sebelas. Nah, setelah lulus aku pun jadi kere maksimal. -_- Gak pernah nambah koleksi baruuu, hiks.

Tak ada persyaratan khusus untuk mengikuti challenge ini. Yang terpenting hanyalah menabung. Karena untuk sebagian orang (yang kebanyakan boros kayak saya :D) menabung itu perkara yang sulit, cara nabungnya diganti dengan mengumpulkan uang recehan yang ada. Misal habis belanja di In**mart kembaliannya berupa receh, nah masukin saja ke celengan. Atau pas nyapu sore-sore di rumah nemu duit recehan, boleh juga. Dijamin makin rajin bersih-bersih rumah. :p

Dilla, Semangat Berbagi di Usia Muda


Sekilas bila dilihat, nampak biasa saja. Wajah polos tanpa make up dan jilbab yang membalut kepalanya tidak dililit aneh-aneh. Pakaiannya juga senantiasa bersahaja. Begitulah penampilan mahasiswi jurusan kebidanan Universitas Airlangga ini sehari-hari. Tapi siapa kira di balik kesederhanaannya, ia menyimpan hati seluas samudera.

Mahasiswa yang tidak tinggal bersama orang tua atau kos, kebanyakan dicap hidup serba pas-pasan. Begitupun dengan Dilla yang dijatah uang saku per bulan secukupnya. Namun baginya itu bukanlah alasan untuk pantang berbagi. Mahasiswa boleh saja kere, tapi untuk berbagi maupun bersedekah tak perlu menunggu tua dan kaya.

Tips Menulis dari Ollie (Talkshow by Hijab and Dream)

Monday, July 14, 2014


Oiya, mbak Ollie juga berbagi tips menulis buat kita:

#What’s Story. Tentukan ide cerita yang kamu buat. Bisa dari pengalaman pribadi, orang lain, atau imajinasimu tiap sebelum tidur. (˘ε˘ƪ)

#What’s Motivation. Siapakah motivasimu dalam menyelesaikan cerita? Yang benar-benar membuatmu berhasil menggarapnya sampai finish? Sebagai contoh, Andrea Hirata ngebut penulisan naskah Laskar Pelangi hanya dalam hitungan hari karena ia ingin mempersembahkannya pada Bu Muslimah, guru SD yang ia ceritakan dalam novelnya, yang sudah berusia senja.

#Let’s Make a Story!
--Sediakan pulpen dan kertas. Cara ini masih terbukti efektif membangun kerangka cerita. Oya, kalau bisa, coba buatlah mind map! Cara ini akan membuat kisahmu makin terkonsep dan plot-mu lebih asyik!

--Googling. Cari topik apa yang sedang hangat atau data-data penunjang ceritamu.

--Sharing outline ke orang yang killer. Jadi ia akan memberi penilaian yang objektif. Beda kalau kamu minta pendapat teman baikmu atau pacarmu, pasti mereka bakal bilang bagus.

--Bikin deadline. Tentukan kapan karyamu harus selesai. Deadline itu bukanlah semisal, setelah lulus SMA, setelah skripsi selesai, atau selesai dapet jodoh. Bikin yang jelas, seperti tanggal 1 Oktober atau berapa, sesuai jangka waktu yang kamu butuhkan.

--Write first, edit later. Fokuslah dengan apa yang kamu tulis, tak usah hiraukan dulu diksi dan tanda bacanya. Baru setelah tulisanmu utuh, periksa kembali. Tambahi yang kurang, buang yang tidak perlu. Kalau aku biasanya menulis menjelang tidur, esoknya pasti bakal aku periksa kembali.

--Manfaatkan aplikasi. Mbak Ollie sih pakai Evernote. Aku sih kurang paham aplikasi beginian, tapi orang-orang yang hidup dengan gadget dan gak memungkinkan buat langsung ngetik di laptop, pasti bakal terbantu dengan aplikasi ini.

--Touch reader’s feeling. Apakah cerita yang kamu bikin bernuansa menyedihkan? Berhasilkah orang yang membacanya menangis tersedu-sedu? Atau kamu bikin cerita kocak, sudahkah pembacamu berhasil terhibur atau bahkan tertawa geli? Kalau ternyata belum, berjuanglah lebih keras lagi!

--Kalau lagi nulis cerita, mbak Ollie biasanya menaruh 10 buku favoritnya di dekatnya sebagai tombol ‘on’ motivasi. jadi ketika mbak Ollie lagi buntu atau jenuh, ia buku salah satu tumpukan bukunya untuk sekadar menilik gaya bahasa si penulis atau bahkan malah mendapat inspirasi.

--Have a social media? Share! Misal kamu nulis status di Facebook: “Fiuh.. novelku udah dapet 25 lembar. Masih kurang banyak. :3” Nah, mungkin ada temenmu yang bakal komen ngasih semangat. Itulah fungsinya, agar orang lain bisa men-supportmu.

#What’s Next? 

Publish it! Kamu bisa mengirimkan karyamu ke berbagai penerbit. Atau kalau kamu masih belum pede, kamu bisa kok self-publish karyamu lewat nulisbuku.com misalnya.

Nah, itulah tips yang kudapat selama mengikuti talkshow bersama mbak Ollie. Semoga bermanfaat, ya!

Talkshow bersama Ollie by Hijab & Dream (part 1)


Bismillahirrahmanirrahiim…

Sabtu kemarin (12/7) aku mantap mengikuti sebuah talkshow yang diselenggarakan oleh Hijab and Dream dengan guest star Ollie (writer & technopreneur), Hanum Rais (99 Cahaya di Langit Eropa’s novel writer), dan Asma Nadia (writer of Catatan Hati Seorang Istri). Acara bertempat di Grand Square Ballroom ICBC Center Surabaya, yang lokasinya dekat sekali dengan kosan-ku. So, no excuse deh bagiku untuk tidak ikutan. Apalagi dengan guest star mbak Ollie yang menurutku tuh inspirasional banget bagi dunia literasi.

OH-EM-JII, emang apa hebatnya, sih?

Lho, belom tau yah? Mbak Ollie tuh selain penulis juga merupakan pebisnis. Di usianya yang relatif muda, ia sudah memiliki beberapa usaha yang berkembang bagus. Sebut saja toko buku online kutukutubuku.com dan usaha percetakan print on demand nulisbuku.com beserta usaha lainnya. Kenapa saya menebali huruf nulisbuku.com? Karena berkat nulisbuku.com yang digagas mbak Ollie, banyak para penulis yang terbantu untuk membukukan karyanya secara independen tanpa memerlukan modal yang banyak. Sebuah kontribusi nyata yang mulia, kan?

Mbak Ollie hadir dengan busana yang sudah jadi ciri khas berpakaiannya. Tampil chick dengan dress hitam dipadu blazer floral dan berhijab pashmina pink yang dihiasi bros beruntai. Look stylish and classy!


Mbak Ollie pun mulai berbincang mengenai semua usaha yang telah ia capai sekarang. Segalanya berawal dari mimpi. Mimpi yang sederhana saja mulanya: ingin punya web sendiri. Ya, mbak Ollie yang saat itu berstatus mahasiswi jurusan IT mengaku punya situs pribadi merupakan hal keren. Sembari mempelajari dunia web lebih dalam, mbak Ollie pun mulai merambah dunia kepenulisan. I believe within trying something new, mimpi yang kita punya pun bisa berkembang. Dan mbak Ollie pun percaya bahwa menulis bisa mewujudkan impian.

Apa buktinya?

Mbak Ollie diundang ke berbagai talkshow baik dalam maupun luar negeri, jalan-jalan kesana kemari dengan gratis, mencicipi suatu produk secara cuma-cuma, dan banyak hal lainnya yang bila disebut bakal membuat kita ngiler saking penginnya.

So, bagaimana mbak Ollie memulai semuanya?

Untuk mendapat lebih banyak ilmu, mbak Ollie apply beasiswa pelatihan menulis di Gagasmedia. Untuk aplikasinya, mbak Ollie aktif menulis di blog. Mulai dari curhatan pribadi, lalu berkembang jadi semacam opini, kemudian seringkali ia berbagi tips-tips dan dari kegiatan inilah mbak Ollie Gain Trust alias meraih kepercayaan. Gain trust maksudnya membangun kepercayaan dari para pembaca blog-nya atas image mbak Ollie sebagaimana yang ia branding dalam blog-nya. Makanya kenapa ada orang yang minta dibikinkan product review atau mengundang Mbak Ollie ke acara talkshow karena mereka tahu persis kualitas mbak Ollie berkat blog-nya.

Selain itu mbak Ollie juga rajin menulis buku dan bisa kelar dalam 2-3 bulan. Ia serahkan pada berbagai penerbit dengan jalan berliku. Setelah jatuh bangun sekian lama, akhirnya ia telah mendapatkan kepercayaan berbagai penerbit dan bisa meluncurkan karyanya dengan mulus. Sampai suatu ketika ia menulis sebuah buku yang diberinya judul Inspirasi.net ditolak berbagai penerbit dengan alasan karyanya tidak komersil.


Mbak Ollie tidak berkecil hati, ia tidak merasa bahwa karyanya dibilang jelek. Mbak Ollie justru berpikir bahwa karyanya yang bermanfaat ini sayang sekali bila tidak sampai ke tangan pembaca tanpa mementingkan urusan komersil. Akhirnya bermula dari kasus inilah mbak Ollie mendirikan usaha printing on demand bernama nulisbuku.com. Berkat nulisbuku.com pula, banyak para penulis yang terbantu untuk mewujudkan impian untuk menerbitkan bukunya secara mudah. Sesuai dengan tagline nulisbuku.com : publish your dream!


Namun terkadang kita juga berpikir, “Penting gak sih karya kita ini buat orang lain?” Mbak Ollie kemudian mengutip perkataan Stephen King,
“If it matters to you, it matters.”
Kalau kamu berpikir itu penting, maka itu menjadi penting. Kalau kamu merasa orang lain perlu karyamu, maka mereka akan menghargai karyamu. Begitu kira-kira.

Kini usaha nulisbuku selalu kebanjiran order setiap harinya dan punya komunitas di berbagai daerah sebagai wadah kekuatan para penulis dalam memperoleh inspirasi dan motivasi. Alhamdulillah ya, semoga bisa dihitung sebagai amal kebaikan dan selalu mendatangkan berkah.

Ketika ditanya mengenai apa projek untuk ke depan, mbak Ollie menjawab mantap ingin melahirkan 1.000.000 penulis Indonesia di tahun 2020. Wah! Saya sudah pasti akan ambil bagian. Hehehe. Selain itu mbak Ollie pengin bikin Jakarta sebagai objek wisata literasi. Mungkin dengan mendirikan bangunan yang berkaitan dengan buku dan kegiatannya. Sekaligus bikin hotel bernuansa literasi yang tiap kamarnya diberi nama penulis kenamaan. Misal kamar Goenawan Muhammad, di dalamnya bakal dilengkapi koleksi buku-buku Goenawan Muhammad. Atau kamar Pramoedya Ananta Toer? Andrea Hirata? Boleh-boleh saja. :D

Terakhir penutup kata dari mbak Ollie, “Kalian semua harus tahu apa yang kita inginkan dan kalian harus tahu itu akan bermanfaat bagi orang lain juga.”

Jurusnya: Pura-Pura Bego

Friday, July 11, 2014

Ekspresi saya saat sadar baru saja bertindak bodoh 
Aku punya sekelumit pengalaman konyol yang kualami bersama pasanganku sewaktu awal pedekate. Saking konyolnya, cerita ini amat membekas di benak kami berdua dan sukses bikin ngakak acapkali mengingatnya. (≧◡≦)

Kejadian ini bermula dari ajakan dia (panggil: Abang) untuk nonton film Comic 8 berdua. Siapa yang tak girang, pucuk dicinta ulam pun tiba. Momen jalan bersama yang kuharapkan akhirnya datang juga. Lalu kami sepakat untuk nonton di Tunjungan Plaza dan ia memintaku untuk membeli tiket terlebih dahulu. Sedikit informasi: kost-ku dekat sekali dengan TP sehingga aku bisa memesan tempat sepulang kuliah siang hari. Aku membeli tiket film Comic 8 yang diputar pada jam selepas maghrib berkat si Abang baru pulang kerja jam 5 sore.

Pukul 6 lebih kami sudah berada di Tunjungan. Film baru dimulai pukul 18.55 WIB sehingga kami memilih untuk menghabiskan waktu terlebih dahulu dengan mengitari mall dan mampir beli es krim di A&W corner. Kami juga telah berada di seat masing-masing tepat sesaat setelah pintu teater dibuka. Sembari menunggu komplitnya penonton lain, kami menikmati beragam trailer film yang masuk dalam daftar coming soon.

Kenyamananku sedikit terusik berkat munculnya sekelompok anak ABG yang sedang mencari-cari seat-nya. Suara mereka bising sekali seolah sedang meributkan sesuatu. Ternyata dua orang dari mereka kebingungan tak mendapatkan tempat. Lalu dengan ragu salah satu dari mereka menanyakan seat kami berdua. Segera kuambil tiketku dari dalam tas dan barulah kami tahu sumber masalahnya adalah seat dua orang ini sama dengan seat yang kami tempati. Kemudian terdengar gerundelan kecil, “Duh bagaimana ini… kok bisa sih seat-nya dobel? Aneh banget.”

Iya aneh banget menurutku. Akhirnya kupandangi tiketku sekali dan barulah aku tersadar waktu yang tertera pada tiket adalah pukul 16.55 WIB. Astagaaaa…. Aku SALAH BELI TIKET. Omaigad… terus bagaimana ini. Kuawasi dua anak ABG itu yang sedang mengadu pada mbak-mbak twentyone. Akhirnya dengan senter di tangan, mbak-mbak itu menghampiri kami berdua dan mengecek tiket. Kulirik si Abang di sebelah. Dari gelagatnya aku tahu, ia sepenuhnya sadar apa yang sedang terjadi dan memilih bersikap sama denganku: pura-pura bego!
Kira-kira beginilah ekspresi kami berdua begitu sadar bahwa kami sendirilah biang keroknya 
Dahi si mbak berkerut sambil bergumam, “Aneh ya, harusnya hal ini tidak mungkin terjadi.” Nah lho, gak sadar dia. Kemudian tiket kami dibawanya pergi keluar dan kembali untuk memanggil kami berdua. GAWAT! Oh tidak, rugi banget kalo kami gak jadi nonton gegara diusir. Alamak, malu-maluin. (ಥ ̯ ಥ)

Kami berdua pun digiring menuju lokasi pembelian tiket. Si mbak penjual tiket mengenali wajahku dan berseru, “Lho, mbak kan yang tadi siang beli tiketnya, kan? Kok bisa keliru, toh?”

Aku meringis kecil sambil menerangkan bahwasanya kesalahan fatal ini terjadi berkat angka 16.55 yang tertera di display jadwal film saat membeli tiket, entah aku lagi gak fokus atau otakku waktu itu sedang korslet, bisa-bisanya kuterjemahkan pukul 18.55 WIB. Jelas saja aku menganggap jadwal film-nya selepas maghrib. Angka 6 pada pukul 16.55 lah yang meracuni konsentrasiku dan membuatku mengartikannya sebagai pukul 6 petang.

Setelah diomeli panjang lebar, beruntung kami diperbolehkan nonton film dengan syarat boleh duduk di bangku yang tersisa. Walah, tidak diusir saja aku sudah bersyukur kok. Sementara si Abang cuma bisa geleng-geleng kepala mendapati kecerobohanku yang luar biasa akut. Hehe, ampuuun….

Toh berkat kejadian konyol tersebut, masa pedekate kita jadi sedikit lebih berwarna, kan? (^o^)V

525 kata

Tulisan ini diikutsertakan dalam The Silly Moment Giveaway